Pusat Yahudi-Arab untuk Perdamaian Givat Haviva
11 Juli 2008Givat Haviva adalah sebuah lingkungan kampus yang terletak dekat perbatasan dengan Palestina. Terletak sekitar 30 menit perjalanan dengan bis dari Tel Aviv. Givat Haviva didirikan tahun 1949 sebagai pusat pendidikan lanjutan gerakan Kibbutz Ha’artzi. Kibbutz adalah tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan dengan struktur-struktur dasar yang demokratis. Ada sekitar 270 kibbutz, masing-masing dengan sekitar 1.700 penduduk. Sekarang ini tidak dijumpai lagi kibbutz baru yang didirikan. Ketika negara Israel didirikan, tahun 1948 kira-kira 8% penduduknya tinggal di sebuah kibbutz, tapi kini tinggal 3% saja.
Torsten Reibold ketua urusan hubungan Eropa Givat Haviva menjelaskan
„Givat Haviva sendiri, kampus ini bukanlah kibbutz. Artinya di sini tidak ada orang yang tinggal. Tempat ini adalah pusat penelitan dan studi lanjutan bagi anggota Kibbutz. Mereka dapat mengikuti studi lanjutan di bidang bahasa, ketrampilan kerja, sejarah atau seni.“
Mengenai asal nama Givat Haviva, dijelaskan Reibold, Givat adalah kata dalam bahasa Ibrani yang berarti bukit. Sedangkan Haviva adalah nama depan perempuan yakni Haviva Reik, seorang anggota gerakan remaja Zionis yang awal tahun 1930-an berimigrasi ke Israel. Ia kemudian menjadi anggota kibbutz Ha artzi dan tahun 1943 secara sukarela mendaftar untuk bergabung dalam pasukan Inggris untuk mendukung Inggris dalam memerangi pasukan NAZI di Eropa. Ia kemudian dididik sebagai penerjun payung dan tahun 1943 diterjunkan di garis pertahanan Jerman di Slowakia. Dalam menjalankan misi tersebut Haviva Reik tertangkap pasukan Jerman bulan Oktober 1943 dan tidak lama kemudian dihukum mati di Slowakia. Sebagai penghormatan dan mengenang jasanya, pusat pendidikan Givat Haviva ini didirikan.
Seiring perjalanan waktu perbedaan antara warga Arab dan Yahudi di Israel semakin mencolok. Organisasi ini mulai mengarahkan aktivitasnya kepada pengertian antara kedua kelompok masyarakat tersebut. Tahun 1963 mulai didirikan pusat Yahudi-Arab untuk perdamaian, yang mengupayakan pendekatan antara warga Yahudi dan Arab di Israel
„Seperti Anda tahu, 20 persen penduduk Israel keturunan Arab. Satu dari lima warga Israel adalah orang Arab. Meskipun penduduk Israel yang warga Yahudi maupun Arab memiliki kewarganegaraan yang sama, di antara kedua kelompok masyarakat ini jarang terdapat kontak. Mereka hidup di kawasan yang berbeda, secara ideologis, budaya juga terpisah dan pada kenyataannya jarang berhubungan satu sama lain. Terutama ditambah situasi internasional yang dihadapi Israel, hubungan antara warga Yahudi dan Arab di Israel tidak baik. Ada prasangka, stereotip dan ketakutan, rasa takut antara satu sama lain.„
"Pemisahan" Terjadi Sejak Berdirinya Israel
Pemisahan ini sebagian memang diarahkan dan sebagian sudah terbentuk sejak awal di Israel. Demikian koordinator urusan hubungan Eropa, Torsten Reibold dari Givat Haviva
„Di Israel terdapat wilayah, kota dan desa-desa Yahudi, juga terdapat wilayah, kota-kota dan desa-desa Arab, yang kebanyakan situasinya tetap demikian sejak dulu. Ketika terjadi migrasi warga Yahudi, desa-desa Arab terbentuk di kawasan pinggiran pemukiman Yahudi, jadi mereka tidak membangun rumah di tengah-tengah perumahan warga Yahudi. Hanya terdapat beberapa pengecualian di Israel, misalnya kota Yerusalem sebagai kota yang dimukim warga Yahudi dan Arab, atau kota Haifa dan Akko di utara yang juga merupakan kota besar yang dihuni warga Yahudi dan Arab, atau Tel Aviv dengan kawasan Yafo yang dikenal sebagai kawasan warga Arab. Di luar itu, memang ada pemisahan antara pemukiman, desa, kawasan dan kota-kota Yahudi dengan Arab. Dimana di antara mereka benar-benar tidak ada kontak, meskipun mereka saling bertetangga.“
Saat negara Israel didirikan, memang ada keputusan pemisahan, misalnya sistim pendidikan sekolah. Mereka memiliki sistim sekolah Yahudi dan sistim sekolah Arab. Warga Yahudi mengunjungi sekolah Yahudi dan warga Arab pergi ke sekolah Arab. Perkembangan sejarah itu merupakan bagian kesepakatan yang diambil saat pembentukan negara dimana disebutkan sistim pendidikan sekolah berada di tangan masyarakat etnis atau agama. Dalam masyarakat Yahudi sendiri pun terdapat sistim sekolah sekuler dan sistim sekolah agama. Namun atas dasar itulah pemisahan yang terjadi hampir sempurna. Lebih lanjut Torsten Reibold
„Jika saya tinggal di desa atau kota warga Yahudi, sebagai orang Yahudi saya pergi ke TK Yahudi, Sekolah Dasar Yahudi, Sekolah Menengah Yahudi, menempuh ujian saya di sana lalu menjalankan wajib militer. Pada usia 20, 22 atau 23 mungkin di universitas untuk pertama kalinya saya memiliki kesempatan bertemu dengan warga Arab. Sebaliknya juga demikian warga Arab menempuh TK, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah di sekolah Arab dan suatu saat ketika ia memasuki universitas barulah ia bertemu dengan warga Yahudi. Artinya baik warga Yahudi dan Arab, baru saling bertemu untuk pertama kalinya pada usia 20-an saat mereka menempuh kuliah. Ini berarti hal yang diketahui tentang pihak lain, benar-benar baru dalam usia tersebut. Sebelumnya kedua pihak sama sekali tidak pernah mengetahui secara langsung, kecuali mungkin mendengarnya dari orang tua, teman, dari membaca suratkabar atau melihat di televisi.“
Yang benar-benar penting adalah menghilangkan segala prasangka dan stereotip ini. Karena prasangka dan stereotip negatif menyebabkan kecurigaan dan ketakutan. Dan lingkaran setan, dimana terdapat saling ketakutan dan ketidakpercayaan satu sama lain harus dihentikan. Dalam kegiatannya Givat Haviva berupaya mempertemukan kedua kelompok masyarakat ini sedini mungkin. Khususnya bagi para remaja misalnya dalam program „Anak-anak mengajari anak-anak“. Selama jangka waktu tertentu secara teratur, murid-murid dari kelas di sekolah Yahudi bertemu dengan murid-murid suatu kelas di sekolah Arab. Demikian dijelaskan Torsten Reibold
„Mereka saling menceritakan sejarah dan identitas mereka. Dalam kesempatan itu warga Arab mendapat kesempatan menceritakan kepada warga Yahudi apa artinya menjadi orang Arab, apa artinya warga Arab di Israel. Dan murid-murid Yahudi menjelaskan kepada murid Arab bagaimana mereka memandang warga Arab, bagaimana mereka memandang warga Arab di Israel, bagaimana definisi sejarah mereka.“
Program Anak-anak mengajari anak-anak menjadi program tetap pusat Yahudi dan Arab di Givat Haviva. Organisasi ini menerima penghargaan baik bagi program maupun pusat pendidikannya dan atas upaya menciptakan pengertian. Pada tahun 2000 Givat Haviva menerima penghargaan dari badan pendidikan dan ilmu pengetahuan PBB, UNESCO.