Putin Menggertak, Rakyat Turki Resah
27 November 2015Perang kata-kata antara Rusia dan Turki mulai panas. Presiden Rusia Vladmir Putin tetap meminta penjelasan yang masuk akal dari Ankara, terkait penembakan sebuah jet tempurnya di seputar perbatasan Turki. Juga Moskow menunggu permintaan maaf resmi dari penguasa di Ankara. Rusia menuding Turki sebagai penadah bagi penjualan minyak yang dilakukan Islamic State. Turki membalas tudingan, dengan menyebut Rusia sebagai antek-antek Assad.
Sebelumnya PM Rusia, Dmitry Medvedev telah memerintahkan sejumlah tindakan sebagai konsekuensi. Diantaranya membekukan proyek patungan pipa gas TurkStream senilai 20 milyar US Dollar dan melarang impor bahan pangan dari Turki. Walau ancaman perang dagang sudah menunjukkan dampaknya, sejumlah analsi menilai, Rusia dan Turki tidak akan terjerumus dalam perang bisnis sengit. Stasiun TV AS, CNN mengungkap empat alasan penyebabnya:
Semua biro perjalanan di Rusia juga mencoret tawaran wisata ke Turki dan menarik pulang semua stafnya. Warga Rusia juga diimbau untuk tidak berwisata ke Turki, dengan argumen nyawa mereka terancam di sana. Setiap tahunnya sekitar 3 juta warga Rusia berwisata ke Turki. Kini industri wisata Turki mulai resah, karena menghadapi ancaman kehilangan pendapatan hingga 4 milyar US Dollar setahun.
Kementrian pertahanan di Moskow juga mengumumkan membekukan seluruh kerjasama militer dengan Ankara. Termasuk jalur "hotline" dengan militer Turki untuk menginformasikan target serangan di Suriah. Sejumlah kalangan bahkan melaporkan, Rusia memperkuat persenjataan berat di kawasan perbatasan ke Turki.
Walaupun presiden Turki Recep Tayyip Erdoga tetap ngotot dengan argumentasinya, dan menuding ancaman Rusia itu emosional dan tidak tepat, tapi ia juga berusaha mendekati penguasai di Kremlin itu. Dikabarkan Erdogan meminta pertemuan dengan Putin di sela-sela KTT Iklim di Paris pekan depan. Sejauh ini Moskow tidak menanggapi permintaan itu.
Penangkapan jurnalis di Turki
Friksi dengan Rusia belum tuntas, pemerintah Turki juga masih tetap getol membungkam wartawan yang kritis. Pimpinan redaksi harian oposisi Cumhuriyet, Can Dündar dan kepala bironya di Ankara, Erdem Gül ditangkap aparat keamanan dan harus meringkuk di belakang terali besi.
Pemicunya adalah laporan Cumhuriyet bahwa dinas rahasia Turki MIT memasok persenjataan kepada teroris Islamic State-ISIS di Suriah. Harian ini nenampilkan foto konvoi pengangkut senjata milik MIT yang dirazia di Suriah. Para pengritik Erdogan juga menuding, pemerintah tidak serius memetangi para jihadis. Atau bahkan mendukung jihadis dengan suplai senjata untuk memerangi rezim Bashar al Assad.
Kedua wartawan kritis itu dituduh melakukan aksi mata-mata serta membocorkan rahasia negara. Sebelum menjebloskan dua pimpinan Cumhuriyet ke bui, polisi dan dinas rahasia akhir bulan Oktober silam juga menggeladah kantor redaksi di Istanbul. Cumhuriyet pekan silam mendapat penghargaan Media Tahun Ini dari perhimpunan Reporter Tanpa Batas.
As/yf(dpa,afp,rtr, twitter)