Ratusan Ribu Anak Afghanistan Kecanduan Opium
25 Februari 2013Afghanistan adalah negara pengekspor opium terbesar, yang mencapai konsumen antara lain di Eropa sebagai heroin. Tetapi di Afghanistan sendiri opium juga dikonsumsi. Sekitar 1,3 juta dari 30 juta rakyat Afghanistan pecandu narkotika. Demikian hasil jajak pendapat departemen luar negeri AS di negara itu.
300.000 anak juga kecanduan narkotika. Misalnya Sohayla. Ia bercerita, neneknyalah yang memberikan ia opium, setiap kali ia sakit dan kesakitan. Orang tua Sohayla sudah meninggal dunia. Ketika masih bayi Sohayla juga sudah mendapat opium agar tenang. Anak perempuan berusia sembilan tahun itu ingin bersekolah, tetapi neneknya tidak memperbolehkan. Akhirnya ia dibawa ke rumah sakit bagi pecandu narkotika oleh dokter.
Hubungan Keluarga Yang Buruk
Khorma Gul juga dirawat di klinik sama di provinsi Balkh. Suaminya mendorong dia untuk menggunakan narkotika, ceritanya. Suaminya pun pecandu narkotika. Ia bertutur, suaminya sudah tua dan tidak dapat bekerja lagi, tetapi lima putranya menyokong biaya hidupnya. Suaminya membuatnya marah setiap hari, dan ia sangat menderita karenanya. Setiap kali ia sedih, ia menggunakan narkotika, begitu ungkpa Khorma Gul.
Putra Khorma Gul yang baru berusia 11 tahun juga dirawat di klinik itu. "Apa yang harus saya lakukan? Ia dulu sering menangis dan uring-uringan. Kami miskin, jadi tidak bisa ke dokter." Cerita Khorma Gul, yang berusaha membenarkan tindakannya dulu. Tetapi sekarang ia ingin berhenti sepenuhnya menggunakan narkotika, juga tidak mau memberikan lagi bagi anak-anaknya.
Anak-Anak dengan Kesempatan Baik untuk Sembuh
Tiga hingga lima persen pasien di klinik itu anak-anak, kata Mohammad Dawood Rateb, kepala klinik in Balkh. Antara 10 hingga 15% pasien perempuan. Tahun 2012, sekitar 460 pasien dirawat di kliniknya. Sekitar sepertiga klinik bagi pecandu narkotika di Afghanistan bahkan khusus bagi perempuan dan anak-anak. Kemiskinan dan pengangguran menjadi alasan utama bagi tingginya angka pecandu, demikian dikatakan pemimpin klinik.
Terutama bekas pengungsi menjadi pecandu narkotika. Pasien melewatkan 45 hari di klinik. Setelah perawatan selesai, mereka masih dibimbing setahun agar tidak kembali kecanduan. Kuota keberhasilan pada perempuan dan anak-anak lebih tinggi dibanding pada pria, kata Rateb. "Keduanya lebih mudah meninggalkan ketergantungan dan berhasil melepaskan diri. Karena mereka menjadi pecandu karena didorong keluarga, bukan karena kehendak sendiri."
Provinsi Balkh beberapa tahun lalu masih menjadi pusat opium Afghanistan, demikian kepala klinik. Penanaman opium di Balkh sekarang hampir terhenti seluruhnya. Tetapi itu bukan indikator untuk seluruh Afghanistan. Menurut PBB, tahun lalu ladang opium bertambah 18%.