Reformasi di Myanmar
21 November 2012Myanmar belakangan mendapat sorotan media internasional, karena kunjungan singkat presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ini kunjungan pertama seorang presiden Amerika ke negara yang lama mengalami isolasi internasional itu. Setelah bertahun-tahun di bawah kekuasaan rejim militer yang brutal, Myanmar sekarang mulai melakukan langkah reformasi.
Perubahan politik yang terjadi memang berlangsung begitu cepat. Dimulai dengan munculnya Presiden Thein Sein, yang merintis jalan menuju sistem politik yang lebih terbuka. Lalu pembebasan pimpinan oposisi Aung San Suu Kyi yang diijinkan ikut pemilihan umum. Suu Kyi sekarang menjadi anggota parlemen. Sekalipun tidak punya jabatan resmi, ia melakukan berbagai kunjungan ke luar negri dan mendapat sambutan luas.
Langkah Awal Reformasi
Agenda kunjungan Obama merupakan pengakuan atas reformasi politik di Myanmar. Tapi masih banyak yang harus dilakukan. Memang ada sejumlah tahanan politik yang dibebaskan, tapi masih banyak yang mendekam di penjara. Sampai sekarang, masih belum jelas arah politik yang akan ditempuh. Myanmar adalah salah satu negara termiskin di dunia. Selain itu, korupsi merajalela. Ketegangan etnis dan sektarian masih terjadi. Masyarakat muslim di provinsi Rakhine mengalami penindasan.
Kelompok militer masih memainkan peran penting dalam segala sektor kehidupan. Ini mengingatkan kita pada sistem di Indonesia sebelum reformasi. Seperempat kursi di parlemen Myanmar disediakan untuk wakil dari militer. Indonesia bisa memberi contoh pada Myanmar, bagaimana mendesak militer keluar dari gelanggang politik.
Tapi Indonesia juga bisa belajar dari situasi Myanmar. Korupsi yang meluas hanya akan menghancurkan ekonomi. Militerisme tidak memperbaiki kehidupan rakyat. Warga di Papua masih mengalami penindasan. Indonesia memang sudah selangkah lebih maju dibanding Myanmar. Tapi banyak hal masih harus dibenahi.