1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reformasi Perbankan di Amerika Serikat

23 April 2010

Kubu Republik sejak dulu menolak agenda reformasi sektor keuangan yang dicanangkan presiden Obama. Dengan adanya indikasi kecurangan di Goldman Sachs, peluang Obama jadi lebih baik.

https://p.dw.com/p/N58E
Kantor pusat Goldman Sachs di New YorkFoto: picture-alliance/ dpa

Harian Italia Corriere della Sera menulis:

Pengatur agenda di Gedung Putih berhasil mengatur waktu yang tepat untuk teguran Obama terhadap para bankir di Wall Street. Pernyataan Obama untuk reformasi pasar keuangan dilaksanakan hanya beberapa hari setelah lembaga pengawas pasar modal di Amerika Serikat menuduh perusahaan Goldman Sachs melakukan penipuan kepada pelanggannya. Ini adalah situasi ideal bagi Barack Obama untuk segera melakukan terobosan bagi reformasi di sektor keuangan. Obama menggunakan peluang ini untuk melepaskan diri dari kungkungan para bankir, yang berusaha untuk mengendalikannya, sebagaimana mereka mengendalikan pemerintahan sebelumnya. Dengan langkah ini, presiden Amerika Serikat menggiring kubu oposisi pada situasi yang sulit.

Harian Perancis La République des Pyrénees dalam tajuknya mengeritik cara berbisnis Goldman Sachs dan berkomentar:

Barack Obama mendapat dukungan baru untuk rencananya mereformasi sistem keuangan setelah muncul skandal baru yang mengguncang Wall Street. Perusahaan perbankan Goldman Sachs dituduh melakukan penipuan besar-besaran kepada para investornya. Mereka kelihatannya sama sekali tidak belajar dari krisis tahun 2009. Dan bagaimana publik tidak kehilangan semangat jika mendengar, bahwa Goldman Sachs berencana membayar bonus dua kali lipat untuk tahun 2009 kepada para pegawainya. Nilainya lebih 700.000 Dollar per orang. Ini mendekati nilai bonus tahun 2007 yang mencatat rekor tertinggi. Bagi sebagian kalangan, krisis kelihatannya berlangsung tidak cukup lama.

Peristiwa lain yang jadi sorotan pers adalah perkembangan di Thailand. Pertentangan politik makin lama makin keras antara kubu yang pro dan yang menentang pemerintah. Harian Swedia Dagens Nyheter berkomentar:

Kubu yang saling bermusuhan di Thailand kelihatannya tidak mau berkompromi. Inilah saatnya bagi kedua pihak untuk menerima aturan main demokrasi. Karena jika tidak, alternatifnya adalah pertumpahan darah. Sebuah rezim yang menembak warganya sendiri tidak berhak mendapat kepercayaan rakyat. Di pihak lain, sekelompok orang tidak bisa begitu saja memaksakan pemilihan umum baru. Yang jelas, dialog harus diutamakan ketimbang situasi perang saudara. Ini tidak hanya demi kebaikan para turis di pantai-pantai Thailand, melainkan juga yang paling penting demi kebaikan warga Thailand sendiri.

Harian Perancis Le Monde menyoroti perbaikan hubungan antara Rusia dan negara-negara Eropa Timur seperti Ukraina dan Polandia. Harian ini menulis:

Redanya ketegangan antara Rusia dan Ukraina adalah sinyal bagi perbaikan situasi di Eropa Timur. Ini ditandai terutama oleh keinginan Rusia untuk memperbaiki hubungan dengan beberapa negara tetangganya. Contoh plaing spektakuler adalah Polandia. Sejak dua minggu terakhir bermunculan sinyal pendekatan antara kedua negara. Nada baru dalam hubungan antara Moskow dan Warsawa adalah perkembangan yang perlu diperhatikan. Bertahun-tahun sebelumnya selalu terjadi ketegangan dan sengketa yang berkaitan dengan masa lalu era Uni Soviet dan keinginan Rusia merebut kembali pengaruh di kawasan yang pernah dikuasainya.

HP/ZR/dpa/afp