Remaja di Tengah Isolasi Digital
22 April 2013"Oh Tuhan, tidak, saya tidak ingin menyerahkan ponsel saya." Pikiran ini menghantui Isabel, 16 tahun, ketika ia harus berhenti menggunakan ponsel cerdasnya selama satu minggu, "saya kira, saya tidak bisa hidup tanpa ponsel," katanya. Ia dan rekan sekelasnya di Braunschweig sepakat berksperimen tidak menggunakan ponsel selama sepekan.
Eksperimen ini bergantung pada kesediaan murid. Hampir 80 persen peserta mengikuti eksperimen tersebut dan dengan begitu menutup diri dari akses internet, telepon, jam, program chat, media sosial dan musik. Sejauh ini ilmuwan kesulitan mendiagnosa kecanduan digital, kata pakar media Markus Wirtz, " ini adalah wilayah abu-abu. Penelitian di bidang ini belum mampu membuat batasan jelas antara kecanduan dan penggunaan normal," katanya.
Penggunaan Eksesif Bukan Penyakit
Isabel awalnya enggan mengikuti eksperimen tersebut, "tapi setelah menyerahkan ponsel, saya merasa lebih santai." Ia merasa tidak kecanduan menggunakan ponsel meski menggunakannya secara rutin. Kendati begitu ia meyakini, ponsel pintar bisa sangat praktis, "Saya menyadarinya dalam hal-hal kecil, misalnya saat harus membatalkan janji," untuk itu ia harus menggunakan telepon yang terdapat di kantor kepala sekolah.
"Tentu kami menyadari, jika tidak ada ponsel, banyak hal akan menjadi lebih sulit," kata Markus Wirtz. Ia bersikeras agar tidak memukul rata penggunaan eksesif ponsel sebagai kecanduan, "saya kira kita harus menilainya dengan seksama." Bahkan dalam kasus kecanduan sekalipun, Wirtz belum melihat adanya bahaya kesehatan. Sebaliknya media sosial membantu penderita agar tidak terisolir.
Kesadaran Digital
Untuk murid-murid sekolah menengah atas di Braunschweig, pekan kolektif tanpa ponsel ini tidak menjadi masalah, kata kepala sekolah Wildhage, "murid-murid kami santai menjalami eksperimen ini." Terkadang mereka merasa membutuhkan ponsel, tapi secara umum "tidak ada gangguan besar sama sekali," katanya. Isabel menjadi contoh umum bagi eksperimen tersebut. Ia bahkan merasa lebih bebas tanpa kehadiran ponsel.
"Kadang-kadang saya bisa hidup lebih baik tanpa ponsel, karena saya selalu mendapat sms," katanya. Kendati begitu ia tetap akan menggunakan ponsel di masa depan. Kepala Sekolah Manfred Wildhage optimis eksperimen ini akan meninggalkan bekas pada murid-muridnya. "Kalau mereka mengamati sendiri prilaku komunikasinya, dari situ mereka bisa lebih sadar menggunakan media ini," kata Markus Wirtz.