Perempuan India Galakkan Tanaman Lokal bagi Pengobatan
9 Agustus 2021Kuilappalayam, adalah sebuah desa kecil di negara bagian Tamil Nadu di India Selatan. Di sini, di toko kecilnya, Parvathi Nagarajan menawarkan obat dari tumbuhan kepada pembeli. Parvati sudah memimpin sebuah gerakan akar rumput sejak 20 tahun lalu. Mereka berusaha menjaga keragaman hayati di kawasan itu, dengan cara menghidupkan kembali penggunaan rempah-rempah dan tumbuhan obat di sana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, sekitar 65% populasi India bergantung pada obat-obatan tradisional.
Namun perubahan iklim dan pemanenan tumbuhan berkhasiat yang sangat berlebihan telah menyebabkan langkanya tumbuhan-tumbuhan obat. Sekitar 300 spesies di India sekarang menghadapi ancaman kepunahan.
Kawasan tanaman organik Kaluveli, di mana Parvathi bekerja, katanya jadi daerah asal lebih dari 800 spesies tumbuhan asli.
Kelompok mandiri bantu perempuan dan jaga lingkungan
Ia mendirikan kelompok mandiri bernama Kaluveli Sustainable Livelihood Women's Federation atau KSLWF, yang membantu kaum perempuan membuat kebun bagi sekitar 40 tanaman obat, kosmetik dan makanan organik. Banyak perempuan yang mereka bantu, baru pertama kalinya mencari nafkah sendiri.
Tumbuhan obat mereka panen tanpa merusak, dari hutan-hutan sekitar, dan kebun pribadi. Kemudian mereka keringkan, dan olah dengan tangan. Itu semua dijual dengan harga murah di desa-desa sekitar, dan di sejumlah pameran pangan organik.
Parvathi Nagarajan bertutur, “Jika dilihat di desa kami, misalnya, masalah kesehatan yang paling banyak diderita adalah sakit punggung dan lutut.“ Untuk mengobati, Parvathi dan timnya menggunakan rempah-rempah dari daerah sekitar untuk membuat minyak yang meringankan rasa sakit. “Kami juga menunjukkan penggunaannya,“ kata Parvathi.
Desa terpencil Nadukuppam adalah salah satu kawasan paling dirugikan di distrik itu. Dulu, prempuan bekerja sebagai pekerja murah di pertanian. Di samping itu juga ada sejumlah perempua di sini yan berstatus sebagai istri yang kehilangan hak. Kini, lewat perusahaan kecil Amirtha Herbal Enterprise, mereka bisa sedikit lebih mandiri.
Rajeshwari U, yang bekerja pada Amirtha Herbal Enterprise bercerita, “Keluarga saya tidak memperbolehkan saya sekolah tinggi. Saya menikah segera setelah selesai kelas 12.“ Setelah anaknya berumur setahun, ia ikut pertemuan kelompok mandiri, dan mengajak semua orang yang tertarik bekerja dengan rempah-rempah. Awalnya ia ragu-ragu apa bisa bekerja sambil mengasuh anak, juga apa saya bisa bekerjasama dalam tim. Tapi ternyata ia bisa.
Mengambil bibit dari pinggiran hutan
Ini tempat pembiakan tumbuhan di Annai. Di sini, tanaman rempah-rempah dibesarkan bagi kelompok mandiri lain, juga bagi siapapun yang berminat menanamnya di rumah.
Selvi K. yang memimpin Anna Herbal Nursery juga memimpin tempat pembudidayaan itu. Keberlanjutan adalah salah satu prinsip paling penting yang dianutnya.
“Kalau saya perlu 500 tumbuhan, saya hanya akan mengambil 500 bibit dari pinggiran hutan. Bibit lain nantinya akan jatuh ke tanah dan menjadi tumbuhan lagi. Jika kita mencabut tumbuhan, itu akan berdampak negatif bagi hutan.“ Di tempat pembudidayaan, mereka mengembangkan bibit agar menjadi tumbuhan lagi. Jadi tidak ada risiko perusakan hutan.
Keberlanjutan adalah pendorong utama bagi semua kelompok mandiri yang didirikan Parvati. Ia juga menunjukkan, bagaimana ia menciptakan sistem yang menjamin hal itu.
“Jika ada sumber daya lokal, dan tersedia dalam jumlah banyak, kami merencanakan menciptakan produk bernilai tambah. Jika ada kekurangan tumbuhan, kami memutuskan cara penambahannya,” demikian dijelaskan Parvathi Nagarajan
Berkat kerja pionir seperti yang dlakukan Parvathi Nagarajan, banyak rempah-rempah sudah kembali bisa digunakan di dapur. Dan ratusan perempuan sudah ikut mencari nafkah bagi keluarga mereka. (ml)