Resmi! Tawaran Elon Musk untuk Beli Twitter Kembali Berlaku
5 Oktober 2022CEO Tesla Elon Musk membatalkan perjuangan di jalur hukum dengan Twitter dan melanjutkan tawaran awalnya untuk membeli Twitter seharga $44 miliar (Rp668 triliun).
Musk mengajukan penawaran dalam sebuah surat ke Twitter, yang juga disampaikan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) sebelum penutupan perdagangan pada hari Selasa (04/10). Seorang juru bicara Twitter mengatakan bahwa perusahaannya telah menerima surat Musk dan mengajukannya ke SEC.
"Tujuan perusahaan adalah untuk menutup transaksi pada $54,20 per saham," sesuai dengan tawaran awal Musk, kata juru bicara itu. Sikap ini diambil setelah sebelumnya kesepakatan pembelian Twitter dibatalkan hingga menyeret Musk ke meja hijau.
Tawaran Musk dilayangkan sebelum dia diadili oleh pengacara Twitter, hanya dua minggu sebelum dijadwalkan bertemu dalam persidangan di Delaware's Court of Chancery.
Menurut pengajuan, Musk akan menyelesaikan kesepakatan asalkan dia menerima pembiayaan utang dan selama pengadilan membatalkan gugatan dari Twitter yang berusaha memaksanya untuk menyelesaikan kesepakatan.
Perdagangan saham Twitter sempat dihentikan
Bloomberg News pada hari Selasa (04/10) pertama kali melaporkan bahwa Musk membuat proposal dalam sebuah surat ke Twitter, mengutip dari sumber yang kerap kali berkaitan dengan kasus yang tidak diidentifikasi.
Laporan tersebut telah menarik perhatian investor. Saham Twitter melonjak hampir 13% menjadi $47,95 sebelum perdagangan dihentikan, naik menuju penawaran awal Musk yang menilai setiap saham pada $54,20. Bursa Efek New York kemudian menghentikan perdagangan aset tersebut.
Beberapa jam kemudian, surat Musk ke Twitter juga muncul di Komisi Sekuritas dan Bursa AS.
Mengapa kesepakatan itu tampak berantakan?
Selama berbulan-bulan, Musk tampaknya mencoba untuk mundur dari kesepakatan, dengan menuduh Twitter meremehkan jumlah akun yang diduga "bot" yang bukan milik pengguna dan individu yang berbeda di platform.
Pemegang saham Twitter telah menyetujui pengambilalihan tersebut.
Sidang antara kedua pihak dijadwalkan akan dimulai pada 17 Oktober 2022, dengan Twitter berusaha memaksa Musk untuk menyelesaikan kesepakatan. Sebaliknya, Musk menuduh perusahaan media sosial itu melakukan penipuan dalam gugatan balasan.
Musk dijadwalkan untuk sidang deposisi dengan tim pengacara Twitter akhir pekan ini sebagai persiapan untuk persidangan.
Twitter kemungkinan akan menang di pengadilan?
Pengamat telah berkomentar dalam beberapa pekan terakhir bahwa Musk tampaknya menghadapi perjuangan berat untuk meyakinkan pengadilan Delaware bahwa informasi inti tentang Twitter telah cukup berubah sejak April lalu untuk membenarkan pembatalan transaksi.
"Ini adalah isyarat yang jelas bahwa Musk mengakui bahwa peluang untuk menang melawan dewan Twitter sangat tidak mungkin," Dan Ives, seorang analis di bank investasi Wedbush, menulis dalam sebuah catatan kepada investor.
"Dipaksa untuk melakukan kesepakatan setelah proses peradilan yang panjang dan buruk di Delaware bukanlah skenario yang ideal, sebaliknya menerima jalan ini dan bergerak maju dengan kesepakatan akan menyelamatkan diri dari jeratan hukum yang besar."
Eric Talley, seorang profesor hukum di Universitas Columbia, juga mengatakan kepada Associated Press bahwa sikap Musk tidak terlalu mengejutkan.
"Dari segi hukum, kasusnya tidak terlihat kuat," kata Talley kepada AP. "Seperti kasus penyesalan pembeli yang cukup sederhana."
Aktivitas Musk di Twitter
Lanjutan tawaran pembelian Musk juga bertepatan dengan sikapnya yang menarik perhatian negatif terkait komentarnya soal invasi Rusia ke Ukraina, yang diposting di Twitter.
Musk memposting jajak pendapat pada hari Senin (03/10) dengan menanyakan apakah orang-orang menyetujui kerangka kerja gencatan senjata yang diusulkannya di mana Krimea akan "secara resmi menjadi bagian dari Rusia, seperti yang telah terjadi sejak 1783 (sampai kesalahan Krushchev)," dan apa yang disebut referendum baru-baru ini di wilayah lain yang diduduki yang akan dijalankan kembali "di bawah pengawasan PBB," dengan Rusia menilai "jika itu kehendak rakyat."
Postingan tersebut memicu tanggapan yang sangat kritis terutama dari pejabat Ukraina, termasuk duta besar untuk Jerman, Andriiy Melnyk. Akun untuk parlemen Ukraina menanggapi cuitan Musk dengan satu kata: "Tidak." ha/yf (AP, dpa, Reuters)