Ribuan Orang Tinggalkan Wuhan Setelah Lockdown Dicabut
8 April 2020Ribuan orang berbondong-bondong meninggalkan kota Wuhan pada Rabu (08/04), setelah pihak berwenang mencabut lockdown atau penguncian di kota yang menjadi awal penyebaran wabah COVID-19 ini.
Penguncian dicabut sesuai jadwal yakni pada Selasa (08/04) tengah malam waktu setempat. Para pelancong menyatakan kegembiraan dan kelegaan mereka ketika memasuki stasiun Wuchan Wuhan, untuk mengejar kereta api tujuan luar kota.
"Wuhan telah kehilangan banyak dalam pandemi ini, dan orang-orang Wuhan telah membayar mahal," ujar seorang pria berusia 21 tahun bermarga Yao, yang sedang dalam perjalanan untuk kembali bekerja di sebuah restoran di Shanghai. "Sekarang lockdown telah dicabut, saya pikir kita semua cukup senang."
Pemerintah memperkirakan bahwa sebanyak 55.000 orang akan pergi menggunakan kereta api untuk keluar dari kota Wuhan pada Rabu (08/04), yang sebelumnya memberlakukan penguncian wilayah sejak 23 Januari.
"Saya tertahan selama 77 hari! Saya tertahan selama 77 hari!" teriak seorang pria asal provinsi tetangga, Hunan, yang berada di Wuhan ketika kota ini dikunci.
Penguncian itu menjadikan Wuhan sebagai kota pertama di dunia yang mengalami langkah-langkah penguncian ketat, yang sekarang justru diterapkan di banyak negara.
Setelah kota Wuhan, penguncian segera diikuti oleh seluruh provinsi Hubei dan sekitarnya. Langkah ini membatasi puluhan juta orang untuk pergi ke rumah mereka dan membatasi transportasi akeses masuk dari seluruh dunia.
‘Wuhan, lama tidak berjumpa‘
Kereta pertama yang membawa penumpang dari kota Wuhan berangkat pukul 12.50 pagi waktu setempat. Jalan raya untuk keluar kota juga dibuka sekitar waktu yang sama.
Media Cina memuji langkah pencabutan penguncian ini dengan memuliskan berita yang bertajuk "Wuhan, lama, tidak berjumpa". Berita itu dimuat di situs web mereka sekitar Selasa (07/04) tengah malam.
Berdasarkan laporan stasiun penyiaran CCTV yang mengutip pernyataan pihak berwenang kereta api Wuhan, ada 55.000 orang yang akan meninggalkan Wuhan pada Rabu (08/04) dilihat dari hasil penjualan tiket.
Provinsi Hubei dan ibukota provinsi, Wuhan, adalah wilayah yang paling menderita akibat pandemi COVID-19. Jumlah infeksi dan kematian di wilayah ini adalah yang paling besar dari total penghitungan resmi Cina, yakni lebih dari 81.000 infeksi dan lebih dari 3.300 kematian.
Sebuah pengumuman dari pengeras suara di stasiun kereta api berbunyi: "Wuhan layak disebut kota pahlawan. Orang-orang Wuhan layak disebut pahlawan." Terlepas dari langkah-langkah yang diambil di provinsi Hubei, patogen itu telah menyebar ke seluruh Cina dan dunia.
Tetapi otoritas Partai Komunis - yang dituduh melakukan respons lamban dan upaya awal untuk menutupi wabah - telah mengklaim keberhasilan melawan virus baru-baru ini. Meskipun tetap ada keraguan tentang keakuratan jumlah kasus yang dilaporkan.
Tetap waspada untuk cegah gelombang infeksi lanjutan
Penghitungan resmi jumlah kematian dan kasus positif COVID-19 secara nasional telah menurun tajam dalam beberapa pekan terakhir. Komisi Kesehatan Nasional Cina mengatakan pada hari Selasa (07/04) bahwa tidak ada kematian baruyang dicatat dalam 24 jam terakhir.
Itu menandakan pertama kalinya Cina mendapati hari tanpa kematian, sejak Cina mulai menerbitkan angka kematian harian pada bulan Januari.
Penduduk Hubei telah dikunci di rumah mereka sampai sekitar dua minggu lalu. Namun ketika pembatasan mulai melunak, terlihat mulai adanya perjalanan masuk dari wilayah lain di Cina.
Saat puncak penguncian wilayah, orang-orang didesak berada di rumah mereka dan kegiatan di pusat transportasi serta industri terhenti. Kota Wuhan kala itu menyerupai kota hantu dengan jalan-jalan yang sepi, hanya ada patroli polisi dan kendaraan darurat yang melintas.
Namun, pihak berwenang telah menunggu hingga Rabu (08/04) untuk mengizinkan kendaraan-kendaraan melintas kembali secara normal untuk keluar dari Wuhan, meskipun masih ada kekhawatiran berkelanjutan bahwa bahwa orang-orang dari Wuhan itu berisiko.
Pihak berwenang Wuhan mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa berbagai pembatasan pergerakan akan tetap dilakukan untuk mencegah gelombang infeksi kedua, dengan alasan bahwa kewaspadaan yang lebih besar tetap diperlukan karena larangan perjalanan telah dicabut.
Orang-orang di Wuhan tetap menghadapi kesulitan untuk keluar dari kota itu. Mereka harus menunjukkan bukti bahwa daerah asal mereka telah dinyatakan aman dari virus. Orang-orang yang berencana keluar dari kota Wuhan akan menghadapi kemungkinan untuk menjalani karantina dua minggu di provinsi tujuan mereka.
pkp/rap (AFP)