Riset di Peru Tegaskan Efek Pemanasan Global
10 Oktober 2017Pantai Pasifik di pelabuhan ibukota Peru, Lima pada pagi hari. Pada jam-jam ini situasi tenang. Sekelompok orang ini tampak menonjol. Tiap hari mereka melakukan prosedur sama. Di waktu yang sama mereka bertolak ke laut, mengabdi bagi ilmu pengetahuan.
Ulf Riebesell, peneliti kelautan dari pusat riset Helmholtz GEOMAR di Kiel menuturkan: "Kami memuat perlengkapan ke perahu, mempersiapkan diri untuk mengambil sampel, kemudian menuju ke Mesokosmos, dan sepanjang pagi kami mengumpulkan sampel penelitian. Menurunkan sensor. Ssetiap pagi ada program besar di sini."
Proyek penelitian internasional ini dilaksanakan Pusat Penelitian Kelautan Helmholtz GEOMAR di Kiel, Jerman. Sudah berminggu-minggu sekitar 70 ilmuwan dari 10 negara bekerja di lahan percobaan di Pasifik. Mereka menempatkan berbagai konstruksi yang tampilannya aneh, yang disebut Mesokosmos. Ini ibaratnya tabung percobaan berukuran raksasa. Dari sana para peneliti mengambil air dari berbagai kedalaman untuk diperiksa. Mereka mengecek kadar oksigen dan jumlah plankton dari berbagai lapisan air.
"Sekarang kami mengambil sampel yang sensitif terhadap gas. Kami harus mengambilnya dengan cara khusus. Tidak bisa dimasukkan begitu saja ke dalam jeriken. Harus memperhatikan bahwa tidak ada gas yang hilang saat memindahkan sampel. Oleh sebab itu kami di sini mempersiapkan botol-botol kecil dan harus bekerja dengan teliti", ujar seorang ilmuwan.
Peneliti lain menimpali: "Saya mengambil contoh dari permukaan. Kami mengikutsertakan 12 meter pertama dari permukaan,sampel air kami isikan ke jeriken."
Riset internasional efek pemanasa global
Ini eksperimen penelitian penting di kawasan arus Humboldt yaitu salah satu kawasan laut yang paling kaya keragaman hayati. Tapi ada kekhawatiran besar, karena kadar oksigen turun di berbagai bagian samudera.
Peru sangat berkepentingan dengan studi ini, karena dari sinilah 10% penangkapan ikan di dunia berasal. Untuk para ilmuwan ini kawasan penelitian paling ideal.
"Ini kawasan ideal untuk meneliti penurunan kadar oksigen dalam samudera. Kawasan ini secara alamiah memang mengandung sedikit oksigen. Jadi, jika samudera terus kehilangan oksigen, kawasan ini yang akan pertama kali mengalami situasi gawat. Bisa saja seluruh ekosistem di sini ambruk dalam waktu singkat. Karena itu kami datang ke sini, untuk mempelajari prosesnya", papar Ulf Riebesell lebih lanjut.
Ini proyek yang sangat rumit. Awal 2017 tim peneliti internasional menempatkan peralatan besar di kawasan laut tak jauh dari Lima. Letaknya di bagian laut dalam, karena dengan sampel air dari lapisan terbawah ilmuwan bisa mensimulasikan dalam Mesokosmos, seproduktif apa samudera dunia di masa depan.
Kembali ke pelabuhan Lima, setelah mengambil sejumlah sampel air untuk dianalisa. Jeriken berisi penuh air laut dari berbagai lapisan. Ini sampel penting yang kini dibawa untuk dianalisa di laboratorium yang didirikan spesial.
Dalam analisanya, para peneliti juga mencatat, apa yang sudah lama tercatat di sini, yaitu suhu air di sekitar pantai Peru meningkat. Maret lalu suhunya beberapa derajat lebih tinggi dari biasanya. Ini menyebabkan jumlah penguapan lebih besar, dan jadi penyebab banjir fatal Maret dan April lalu di kawasan itu. Inilah dampak perubahan iklim.
Kadar oksigen laut global terus turun
Studi para peneliti menunjukkan, kadar oksigen di laut-laut di dunia menurun 2% dalam 50 tahun terakhir.
Peneliti Ulf Riebesell menjelaskan: "Laut-laut sebenarnya mengalami tiga perubahan besar. Yang pertama: laut tambah hangat, itu perubahan iklim. Kemudian laut kadar asamnya meningkat, karena menyerap banyak CO2 yang diakibatkan manusia. Dan yang ketiga: laut kehilangan oksigen. Tiga hal inilah yang memegang peran terbesar di seluruh samudera."
Ini hasil penelitian yang menyebabkan kecemasan. Suhu permukaaan laut yang hangat menyebabkan penyerapan oksigen lebih sedikit daripada air yang sejuk. Sirkulasi yang lemah menyebabkan oksigen tidak terbawa ke bagian laut yang dalam.
Sementara ilmuwan tuan rumah Michelle Graco, dari Instituto del Mar del Perú mengungkapkan: "Kini kami mengerti, apa yang terjadi di kawasan perairan kami. Pengaruh dari luar, perubahan iklim meninggalkan jejak. Apa yang berikutnya akan menimpa kita? Kini kami berusaha mencari tahu."
Dalam sejumlah akuakultur sampel air dan mahluk yang hidup di dalamnya dites dengan berbagai kemungkinan perubahan iklim. Ini percobaan jangka panjang, untuk meneliti, apakah produktivitas di air laut menurun jika kadar oksigen masih rendah. Yang jelas, akibat perubahan iklim ekosistem berubah, bahkan di bawah permukaan air. (DWInovator)