Robot sebagai Penyelamat
24 September 2013Beberapa pekan lalu, di pembangkit tenaga nuklir di Fukushima, air pendingin merembes dari tangki penampung. Sebegitu besarnya, sampai radiasi di sekitar bagian yang bocor bagi manusia dalam waktu singkat bisa menyebabkan kematian. Di daerah berbahaya seperti ini pekerja tidak boleh masuk lagi.
Bagi pemadam kebakaran, situasi berbahaya seperti itu hampir dijumpai dalam kondisi sehari-hari. Untuk itu sangat baik bila bisa menggunakan robot. Tapi apakah robot mampu? Untuk itu diadakan perlombaan Eurathlon di Berchtesgaden, di pekan terakhir September (23-27.09.2013).
Robot Mampu Berorientasi
Robot harus bisa masuk ke gedung tak dikenal dan mengatasi rintangan. Robot juga harus bisa mengidentifikasi sumber bahaya, mungkin menemukan korban dan kembali ke tempat aman. Termasuk juga tugas istimewa robot: menutup tangki atau menemukan jerigen berisi zat kimia berbahaya.
Menurut Frank Schneider dari Institut Fraunhofer untuk teknik informasi dan ergonomi, FKIE, yang jadi organisator Eurathlon, tangga yang berjumlah banyak masih jadi masalah, juga penggerakan robot, karena pengendalinya hanya punya penglihatan terbatas. Robot dihubungkan dengan orang pengendalinya lewat gelombang radio. Jika hubungan terputus, robot harus mampu mengambil keputusan sendiri.
Di udara terbuka, misalnya di jalanan, robot bisa berorientasi. Tetapi di dalam gedung, jika keadaan gelap atau jika asal atau kabut menutupi pemandangan, baik scanner laser maupun kamera optik tidak akan bisa membantu. Insinyur Marcin Gil dari perusahaan Polandia, Robotics Inventions, memperkirakan, sensor ultrasonik bisa menjadi jalan keluar dalam hal ini. Jadi robot menghitung jarak dengan halangan lewat gelombang yang dipancarkan kembali. Itu juga cara kelelawar terbang di kegelapan malam.
Jadi artinya, harus ada orang yang menginterpretasi gambar-gambar yang dikirim robot, seperti Colin Weiss dari perusahaan European Logistic Partners. Tetapi ia punya ide lain, yaitu penggunaan kamera yang bekerja berdasarkan suhu. Kamera itu bisa mengirim gambar walaupun pandangan terhalang asap atau kabut. Di samping itu kami menggunakan radar yang memungkinkan pemetaan lingkungan.
Robotnya yang disebut PacBot dan bermerek i-robot mampu berdiri kembali jika terbalik. Robot itu juga mampu mendeteksi jika hubungan dengan pengendalinya terputus, kemudian kembali ke lokasi di mama hubungan gelombang radio tidak terganggu.
Dekat dengan Realita
Juha Röning, kepala jurusan ilmu komputer pada universitas Oulu, Finlandia ikut mengorganisir Eurathlon. Ia mengatakan, memang banyak situasi yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. Misalnya di luar mungkin matahari bersinar sangat cerah, atau situasi terlalu gelap. Baginya yang paling penting, pembuat robot mampu menempatkan diri di posisi tim penolong yang bekerja di lokasi bencana. Robot harus bisa membantu dengan cepat dan bisa diandalkan. Röning yakin, robot yang ikut perlombaan bisa mengatasi tantangan dan masalah.
Mitranya, Frank Schneider, sudah berpikir lebih jauh. Tujuannya, robot tidak boleh hanya menjadi prototipe dan produksi tunggal. Melainkan harus menjadi produk industri yang tidak mahal dan bisa digunakan pemadam kebakaran serta dinas perlindungan bencana. Jika dibutuhkan, robot bisa disediakan dalam jumlah besar.
Jadi tujuan lain para pembuat robot pada Eurathlon adalah: pemaduan inovasi dan solusi dari semua tim, sehingga saling melengkapi. Dengan demikian, pembuat komputer bisa saling belajar. Untuk itu juga penting, standar industri tertentu yang mengikat harus ada. Hanya dengan cara itu, robot pertolongan saat bencana bisa dibuat dalam jumlah besar.