Robot untuk Lokasi Tak Terjangkau Manusia
15 Januari 2014Robot disebut KoroiBot seperti Koroibos dari Elis, juara olimpiade pertama, tahun 776 sebelum Masehi. Proyek yang direncanakan untuk tiga tahun bertujuan untuk menambah kemampuan robot humanoid berkaki dua, yang berjalan seperti manusia. Sekitar 40 ilmuwan dari Eropa, Israel dan Jepang yang pakar di bidang matematika, robotik, komputer dan ilmu kognitif ambil bagian dalam proyek yang dipimpin Katja Mombaur, profesor di bidang matematika di Universitas Heidelberg, Jerman.
Uni Eropa Setuju Beri Dana
Uni Eropa setuju memberikan dana sebesar 4,2 juta Euro untuk proyek, yang sekarang masih dalam fase pembentukan program. "Kami mengembankan metode pengontrolan dan pengaturan gerakan yang akan digunakan pada robot seperti piranti lunak, " dijelaskan Mombaur sambil memaparkan bahwa sebagian besar robot humanoid sudah bisa berjalan dengan satu dan lain cara. "Dengan metode yang kami buat, robot nantinya bisa berjalan dengan lebih baik dan belajar secara independen dalam berbagai situasi."
Para peneliti tidak berusaha mereplikasi kontrol otot dan kerangka tulang dalam gerakan manusia, melainkan berusaha melengkapi robot dengan ciri khas penting gaya berjalan manusia. Potensi penggunaan robot yang berjalan seperti orang banyak dan berbeda-beda.
"Setelah kecelakaan di instalasi nuklir Fukushima tahun 2011, dalam waktu singkat orang sadar bahwa robot yang bisa melakukan pekerjaan di zona berbahaya, tanpa kontrol dari jarak jauh, sangat berguna," demikian Mombaur, sambil merujuk pada bencana gempa bumi di Jepang dan Tsunami yang mengakibatkan kerusakan instalasi tenaga nuklir dan pelumeran inti nuklir.
"Jika robot untuk penelitian sudah lebih maju, mungkin kehancuran yang kemudian terjadi bisa dicegah," kata Mombaur. Ia mengambil contoh daerah-daerah yang berbahaya atau sulit dijangkau manusia, yang bisa jadi daerah operasi robot humanoid. Robot-robot itu bisa memadamkan kebakaran, menyelamatkan orang setelah kecelakaan atau bencana alam, mencari ranjau dan mungkin juga terbang ke Mars, ujar Mombaur.
Produksi Massal dalam 20 Tahun Lagi
Bagian tubuh yang "cerdas" kemungkinan bisa dikembangkan dengan bantuan pengetahuan yang sudah didapat dari penelitian robot-robot semacam itu. Robert Gassner, seorang peneliti senior pada Insitut untuk Studi Masa Depan dan Penaksiran Teknologi di Berlin memperkirakan, produksi massal robot humanoid belum akan bisa diadakan dalam 20 atau 30 tahun mendatang.
Namun demikian ia memperkirakan, kalau sudah siap, robot akan bisa dibeli di pasar swalayan, sebagai robot untuk digunakan bagi kebutuhan domestik. "Robot humanoid didesain secara khusus untuk berhubungan dengan manusia, di sekitar rumah, di insitut atau di musium," dipaparkan Gassner sambil menambahkan, tidak semua robot untuk pelayanan harus bersifat humanoid.
Tugas-tugas seperti membersihkan jendela atau menghisap debu bisa dilakukan dengan sempurna oleh robot yang tampak seperti mesin. "Di samping semua itu, robot humanoid harus bisa menyesuaikan diri secara mandiri dengan situasi yang tidak diduga, dan tanpa menyebabkan kerusakan," dijelaskan Gassner. Ia merujuk ke Jepang, di mana sudah ada robot yang merawat orang tua. Robot antara lain bisa mengangkat orang antara tempat tidur dan kursi roda, dan mengatur tempat tidur. Robot bisa digunakan dalam berbagai bidang hidup, ditambahkan Gassner.
ml/hp (dpa)