1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Roket dari Libanon Meledak di Israel

9 Januari 2009

Sedikitnya tiga roket buatan Rusia Katyusha melayang dari Lebanon selatan ke arah Israel utara, Kamis kemarin (08/01). Kedua faksi Palestina di Lebanon, Hamas dan Fatah, menyangkal keterlibatan mereka dalam insiden itu.

https://p.dw.com/p/GUf8
Foto: AP

Pemerintah Lebanon melakukan penyelidikan terhadap penembakan roket dari wilayahnya ke arah Israel utara. Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Fuad Siniora mengecam keras insiden itu, menyebut penembakan roket Katyusha tersebut sebagai aksi balas dendam dan yakin bahwa aksi tersebut melanggar resolusi 1701 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Siniora menambahkan, pemerintahnya dan UNIFIL segera mengadakan pengusutan mengenai siapa dalang di balik penembakan roket-roket itu.

Lebih lanjut Siniora mengatakan bahwa Lebanon tetap mematuhi gencatan senjata yang ditengahi PBB pada tahun 2006 yang mengakhiri perang antara Hisbullah dan Israel. Resolusi 1701 membantu mengakhiri konflik tersebut.

Siniora, yang langsung menggelar sidang kabinet setelah insiden penembakan roket Katyusha itu, menuding bahwa roket-roket tersebut ditembakkan oleh pihak yang berupaya menggoyahkan Lebanon.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang mengarah ke desa Tayr Harfa, dekat perbatasan Israel-Lebanon. Kelompok Hisbullah mengisyaratkan bahwa mereka tidak terlibat dalam insiden itu. Menteri Informasi Lebanon Tarek Mitri mengatakan pada kantor berita AFP bahwa Hisbullah meyakinkan pemerintah di Beirut mengenai keteguhan mereka untuk menjaga stabilitas dan mematuhi resolusi 1701.

Kepada kantor berita AFP, juru bicara Hamas di Lebanon Raafat Morra mengatakan Hamas melakukan perlawanan hanya di dalam Palestina dan tidak melancarkan aksi serangan dari negara Arab lain.

Kelompok Fatah, seteru Hamas juga mengaku tidak terlibat dalam serangan roket Katyusha ke Israel. Munir Makdah dari Fatah mengatakan bahwa dirinya tidak yakin aksi itu adalah perbuatan faksi Palestina. “Bangsa Palestina bersumpah tidak menggunakan Lebanon sebagai medan perang dan senjata kami berada dalam pengawasan pemerintah Lebanon,“ tambahnya.

Terdapat kemungkinan, aksi penembakan roket Kamis pagi kemarin (08/01) didalangi oleh Front Pembebasan Rakyat Palestina PFLP yang aktif di Lebanon selatan. Sabtu pekan lalu (03/01), pemimpin PFLP Ahmed Jibril mengancam akan membuka front baru melawan Israel jika perang di Gaza semakin hebat.

Kamis pagi kemarin (08/01), sebuah roket Katyusha menghancurkan rumah jompo di kota Nahariya, Israel utara dekat wilayah perbatasan dengan Lebanon. Setidaknya dua orang dari puluhan penghuni rumah jompo tersebut terluka ketika roket tersebut nyasar dan meledak di aula gedung itu di saat mereka tengah sarapan pagi. Henry Carmeli, saksi mata insiden itu mengatakan, "Gedung ini hancur, penghuninya tidak lagi dapat tinggal di sini. Kami harus mengevakuasi semua orang. Sebagian ke keluarganya, sebagiannya lagi ke rumah jompo lain. Semuanya rusak. Air di mana-mana, semuanya pecah. Jendela kamar hancur, pintu-pintu jebol.”

Menurut juru bicara militer Lebanon, setidaknya dua hingga tiga roket Katyusha ditembakkan dari Lebanon selatan dan Israel membalasnya dengan lima hingga enam roket.(ls)