Rusia Berencana Bangun Pembangkit Nuklir di Bulan
6 Maret 2024Moskow berencana menyumbangkan keahliannya dalam "energi ruang angkasa nuklir” untuk program bersama Cina di Bulan. Hal ini termasuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan, papar Kepala Badan Antariksa Rusia Yuri Borisov, Senin (5/03).
Borisov menyebut bahwa panel surya tidak akan cukup untuk menjamin pasokan listrik yang dapat diandalkan untuk kebutuhan penelitian dan pemukiman di Bulan.
"Hari ini kami secara serius mempertimbangkan sebuah proyek, sekitar tahun 2033-2035, untuk mengirimkan dan memasang pembangkit energi di permukaan bulan bersama dengan rekan-rekan kami di Cina,” kata Borisov dalam sebuah acara kepemudaan.
Beberapa pihak di AS berspekulasi bahwa Rusia berencana menggunakan senjata nuklir jenis baru untuk melawan satelit. Namun Borisov yang menjadi kepala Roskosmos pada 2022 lalu, menegaskan bahwa Rusia tidak memiliki rencana untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa.
Pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan perlu dibuat dengan mesin, tambah Borisov, seraya mengatakan sudah ada solusi teknis yang dapat digunakan untuk proyek tersebut.
Kerja sama luar angkasa antara Rusia dan Cina
Pada Maret 2021, Moskow dan Beijing menandatangani perjanjian pembangunan stasiun penelitian bulan internasional, dan mempresentasikan peta jalan pembangunannya pada Juni 2021.
Cina memiliki program eksplorasi bulannya sendiri, dengan wahana tak berawak "Chang'e-6" yang akan diluncurkan pada Mei untuk mengumpulkan sampel batuan.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sementara itu, program luar angkasa Rusia mengalami serangkaian kemunduran dalam beberapa tahun terakhir. Misi bulan pertamanya dalam 47 tahun gagal tahun lalu setelah pesawat luar angkasa Luna-25 Rusia lepas kendali dan jatuh.
Perlombaan untuk menempatkan tenaga nuklir di Bulan?
Konsep penggunaan reaktor nuklir untuk memberi daya pada koloni bulan di masa depan juga telah dilontarkan oleh badan antariksa AS, NASA. Hanya beberapa bulan setelah misi Apollo 11 menempatkan manusia di Bulan pada 1969, astronot Apollo 12 menggunakan generator nuklir untuk menyediakan listrik untuk eksperimen ilmiah di permukaan bulan.
Karena malam di Bulan berlangsung selama 14 hari Bumi, hanya mengandalkan tenaga surya membawa risiko bagi misi bulan berawak dan tak berawak. Namun masalah pasokan energi di luar angkasa menjadi semakin penting seiring dengan rencana NASA untuk mengembalikan manusia ke Bulan dalam misi Artemis, dengan pendaratan pertama dijadwalkan pada 2026.
Pada 2022, NASA mengumumkan pihaknya bekerja sama dengan Departemen Energi AS untuk memilih "proposal konsep" terkait sistem tenaga nuklir "yang siap diluncurkan pada akhir dekade ini."
rs/gtp (dpa, Reuters, Interfax)