Rusia Kerahkan Pasukan dan Persenjataan ke Belarus
3 Februari 2022"Selama beberapa hari terakhir, kami telah melihat pergerakan signifikan pasukan militer Rusia ke Belarus. Ini adalah penempatan Rusia terbesar di sana sejak Perang Dingin,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan di markas NATO di Brussels hari Kamis (3/2).
Selain itu, Rusia sekarang memiliki lebih dari 100.000 tentara yang ditempatkan di dekat perbatasan utara dan timur Ukraina. AS dan negara-negara Eropa anggota NATO khawatir bahwa Moskow akan melakukan serangan lagi ke Ukraina, seperti yang terjadi pada 2014 ketika pasukan Rusia menduduki Krimea dan mengobarkan perlawanan separatisme di Ukraina timur.
Di Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerima kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menawarkan diri untuk menjadi penengah, sambil menegaskan dukungan Turki terhadap "integritas teritorial Ukraina".
Rusia kerahkan 30.000 pasukan ke Belarus
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan, jumlah pasukan Rusia di Belarus kemungkinan akan meningkat menjadi 30.000, dengan dukungan pasukan khusus, jet tempur mutakhir, rudal balistik jarak pendek Iskander, dan sistem pertahanan rudal darat-udara S-400.
"Jadi, kita berbicara tentang berbagai kemampuan militer modern. Semua ini akan digabungkan dengan latihan kekuatan nuklir tahunan Rusia, yang diperkirakan akan berlangsung bulan ini," kata Stoltenberg.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tiba di Minsk hari Kamis (3/2) untuk memeriksa persiapan latihan perang besar-besaran Rusia-Belarus yang dijadwalkan pada 10-20 Februari. Shoigu bertemu dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Mengenai manuver militer itu, Lukashenko menerangkan tujuannya adalah "untuk memperkuat perbatasan dengan Ukraina."
AS Kirim 3000 pasukan ke Eropa timur
Jens Stoltenberg juga menyatakan menyambut baik keputusan Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu (2/2) untuk mengirim 2.000 tentara dari AS ke Polandia dan memindahkan 1000 tentara AS yang ada di Jerman ke Rumansia.
"Kami berkomitmen untuk menemukan solusi politik untuk krisis, tetapi kami harus bersiap untuk yang terburuk,” kata Jens Stoltenberg. Rusia menyatakan keberatan dengan pengiriman pasukan AS ke perbatasan timur Eropa dan menyebut tindakan itu sebagai "destruktif."
Sementara itu, Presiden Turki Recp Tayyip Erdogan sebelum berangkat ke Ukraina menyatakan negaranya siap melakukan apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketegangan. "Sebagai negara Laut Hitam, kami mengundang semua pihak untuk menahan diri dan berdialog untuk membawa perdamaian ke kawasan itu,” kata Erdogan. "Saya sekali lagi menekankan bahwa kami siap melakukan bagian kami untuk membangun suasana damai dan kepercayaan di wilayah kami."
hp/yf (rtr, afp, ap)