Saham Credit Suisse Terjun Bebas, Hati-hati Pemegang AT1
20 Maret 2023Pasar saham tetap bergejolak hari Senin (20/3) setelah pengumuman pengambilalihan bank kedua terbesar di Swiss, Credit Suisse, oleh pesaingnya UBS. Pembelian senilai lebih dari USD 3,2 miliar itu disepakati melalui penengahan dan jaminan dari pemerintah Swiss, setelah UBS sempat menyatakan tidak tertarik melakukan akuisisi. Hari Minggu malam (19/3) akhirnya kesepakatan dicapai dengan dukungan Swiss National Bank, tepat sebelum pembukaan pasar saham di Selandia Baru, Australia, dan Asia timur.
Penyelamatan Credit Suisse terutama mengguncang kredibilitas Swiss, negara dengan reputasi puluhan tahun sebagai tempat menyimpan uang yang aman. Saham Credit Suisse Senin pagi di Zürich anjlok dramatis lebih dari 60 persen, sedangkan saham UBS turun lebih dari 8%.
Pasar saham di seluruh dunia ikut turun hari Senin, dengan indeks utama Hong Kong turun 2,65%. Sementara itu, ekuitas Asia juga jatuh pada hari Senin karena berita pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS dan setelah aksi jual panas di bursa New York di tengah kekhawatiran runtuhnya sektor keuangan. Pasar saham Tokyo juga menunjukkan penurunan pada perdagangan Senin, dengan indeks acuan Nikkei 225 jatuh 1,42%, atau 388,12 poin.
Hati-hati pemegang obligasi AT1
Sebagai bagian dari kesepakatan, otoritas Swiss mengarahkan penghapusan obligasi berisiko tinggi senilai total 16 miliar franc Swiss. Apa yang disebut obligasi tambahan tingkat 1 (AT1) dibuat setelah krisis keuangan 2008.
"Dengan restrukturisasi Credit Suisse, tidak ada yang benar-benar memikirkan bagaimana hal itu akan mempengaruhi AT1, dan itu adalah buntut risiko yang besar," kata Sean Darby, ahli strategi ekuitas global di Jefferies di Hong Kong.
Masalahnya tidak terletak pada struktur utang seperti itu, tetapi bagaimana pasar tidak siap untuk hasil ini dalam strukturisasi utang, jelasnya. "Apa yang dikatakan pasar hari ini, adalah bahwa antara sekarang dan jatuh tempo ada risiko atas utang ini, yang belum diberi harga dengan benar mengingat apa yang terjadi di bank-bank di AS dan di seluruh dunia." Di Credit Suisse sendiri, obligasi dolar AT1 ditawar serendah 1 sen per dolar.
Dibuat setelah krisis keuangan global, obligasi AT1 adalah bentuk surat utang yang diperhitungkan dalam modal regulasi bank. AT1 dirancang sebagai bagian dari obligasi total loss-absorbing capacity (TLAC) untuk memberikan 'bail-in' sembari mentransfer risiko kepada investor dan menjauhkannya dari pembayar pajak, jika surat obligasi itu bermasalah.
Obligasi AT1 dapat dikonversi menjadi ekuitas jika untung, atau dimasukkan sebagai penyusutan aset pemilik modal jika nilainya terkikis sampai ambang batas tertentu. Beberapa negara telah membukukan AT1 sebagai penyusutan aset, termasuk di Spanyol, Yunani, Austria dan Denmark.
Perbankan Jerman "stabil dan kuat"
Bank terbesar Jerman, Deutsche Bank, menanggapi berita tersebut dengan mengatakan bahwa eksposurnya terhadap obligasi AT1 "mendekati nol". Regulator keuangan Jerman, BaFin, mengatakan setelah gejolak di Zurich bahwa pihaknya "mengikuti perkembangan pasar saat ini" dan menambahkan bahwa "sistem keuangan Jerman tetap stabil dan kuat."
Direktur bank sentral Prancis Francois Villeroy de Galhau, yang juga anggota Bank Sentral Eropa ECB, memuji UBS untuk pengambilalihan Credit Suisse dengan mengatakan, "Mereka memiliki model bisnis yang beragam, yang menguntungkan. Mereka memiliki kontrol risiko yang kuat dan, yang terpenting, mereka memiliki level yang sangat penting. likuiditas dan modal.”
Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire juga memuji pembelian itu sebagai "kesepakatan yang bagus. Pada saat yang sama... ini kelas berat di Eropa, jadi kami akan tetap sangat waspada terhadap reaksi pasar." hp/yf (rtr, afp, dpa, ap)