Satu Tahun Bulgaria dan Rumania dalam Uni Eropa
8 Januari 2008Di Bulgaria terjadi perkembangan, bukan hanya sejak masuknya negara itu menjadi anggota Uni Eropa awal tahun lalu. Perkembangan yang lolos dari perhatian media, yang lebih suka memberitakan korupsi, kriminalitas dan krisis pemerintahan. Sejak memasuki abad ke-21 di Bulgaria berkembang perekonomian swasta yang tidak hanya inovatif tapi juga mampu bersaing. Yang tidak hanya membuka lapangan kerja tapi juga menawarkan upah cukup tinggi di sejumlah sektor.
Perkembangan ekonomi tahun ini diperkirakan berkisar 6 hingga 7 persen. Ketika bulan Oktober lalu sekitar 100 ribu guru melakukan demonstrasi pertama kalinya, sejak berakhirnya perang dingin, permintaan mereka untuk reformasi pendidikan dan kenaikan gaji dari 150 Euro menjadi dua kali lipatnya dikabulkan enam pekan kemudian.
Perubahan di Bulgaria benar-benar terasa dan terlihat. Jumlah mobil selama satu dekade terakhir naik empat kali lipat, bukan lagi mobil-mobil bekas tapi mobil-mobil baru yang memenuhi jalan-jalan Bulgaria yang disubsidi Uni Eropa. Hal ini cukup mengejutkan kelompok perwakilan media massa Jerman yang melakukan studi banding ke Bulgaria, antara lain Daniel Kraft
„Dari Rumania kami berkunjung ke Bulgaria, dan mendapat kesan luar biasa di sini di Sofia. Sebelumnya kami di Bukarest, di mana di Bukarest lalu lintasnya kacau, benar-benar chaos. Dan ketika kemudian tiba di Sofia kami merasa seperti tiba di tempat peristirahatan. Suasananya yang enak dilihat, yang menurut perspektif kami sangat tertata. Banyak sekali yang dilakukan di sini di Sofia. Semuanya menjadi lebih penuh warna. Saya sendiri sudah pernah kemari awal tahun 90-an, hampir tidak bisa mengenalinya, banyak yang terjadi di sini, banyak bangunan baru, banyak yang direnovasi, orang melihat banyak warna. Meskipun demikian kesan saya, banyak hal-hal lama yang secara positif tetap dipertahankan.“
Sebagai wakil menteri urusan Uni Eropa Antoanetta Primatarova sudah ambil bagian sejak awal, yakni sejak tahun 1983 dalam proses keanggotaan Bulgaria. Ia memperhatikan bagaimana ketatnya monitoring yang dilakukan pihak Komisi Eropa terhadap proses transformasi Bulgaria ke dalam Uni Eropa berpengaruh terhadap negara itu
“Masalah terbesar Bulgaria saat ini terletak pada bidang-bidang dimana tidak ada persyaratan tertulis Uni Eropa. Berdasarkan hal ini sebagian bidang-bidang tersebut terbengkalai. Sebagian memang ada kesadaran bahwa bidang-bidang itu memerlukan reformasi, tapi di situ jauh lebih sulit meraih kesepakatan, bagaimana sebaiknya hal itu dilaksanakan, dan karenanya cenderung tidak dilakukan sesuatu.”
Sebelumnya juga sudah cukup sulit untuk melakukan reformasi yang diperlukan di bidang-bidang yang ditetapkan. Tentangan yang dihadapi mula-mula tidak hanya datang dari lingkungan kriminalitas yang terorganisir yang tidak ingin ada pengaruh internasional maupun terciptanya negara hukum, tapi juga dari masyarakat biasa yang sangat miskin, dimana setiap upaya mengatasi struktur yang kurang tertata, pertama-tama membentur mereka secara keras.
Namun yang mengejutkan adalah hasil studi Institut Alpha Research, yang sejak 10 tahun terakhir melakukan jajak pendapat setiap enam bulan sekali. Tingkat persetujuan memasuki Uni Eropa di antara warga Bulgaria terus meningkat yakni di atas 80 persen. Ini bukan hanya disebabkan harapan perbaikan ekonomi, tapi juga harapan meningkatnya keamanan dalam negeri, perlindungan terhadap hak warga yang menjadi landasan untuk demokratisasi di Bulgaria.
Situasi Rumania Satu Tahun Setelah Masuk UE
Sementara itu di Rumania satu tahun setelah masuknya negara itu ke dalam Uni Eropa, tingkat kemiskinan hampir tidak mengalami perubahan bahkan jurang antara kaya dan miskin semakin besar. Sementara gaji tenaga kerja ahli mencapai hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, para tenaga kerja yang kurang berpendidikan semakin rendah penghasilannya, dengan upah minimum sekitar 130 Euro atau sekitar 1 setengah juta rupiah per bulan.
Juga reformasi sektor peradilan yang berulang kali mendapat peringatan dari Komisi Eropa mengalami stagnasi, dimana Komisi Eropa sekarang mengancam menarik konsekuensi secara finansial. 80 persen warga Rumania tetap percaya korupsi di bidang pekerjaan dan sektor swasta adalah penting. Seringkali orang mengeluarkan biaya ekstra yang sebetulnya tidak perlu. Dalam kunjungan ke dokter misalnya. Juga sistim pendidikan masih sangat lemah. Guru-guru masih dibayar di bawah tarif.
Menurut jajak pendapat, sepertiga warga Rumania berpendapat kondisi 5 tahun lalu lebih baik dari sekarang. Meskipun demikian hanya sepertujuh warga Rumania yang menganggap kondisi kehidupan di masa depan akan lebih buruk. Pengamat Cristian Parvulescu mengemukakan
„Itu adalah masalah dari sudut mana orang memandang. Jika kami memandangnya dalam konteks Uni Eropa, warga Rumania tetap optimis. Tapi jika kami memandangnya dari sudut perkembangan di Rumania, orang cenderung pesimis. Ini terletak pada ketegangan dalam negeri antara presiden, pemerintah dan perdana menteri. Juga pelaksanaan referendum yang silih berganti tampaknya melelahkan masyarakat, suatu perasaan yang menyebabkan penolakan terhadap berbagai kejadian politik.“
Rasa pesimis ini menurut penilaian Parvulescu juga dapat berpengaruh terhadap Uni Eropa, dimana warga Rumania masih menganggap Uni Eropa sebagai institusi yang dapat mempengaruhi sikap politisi Rumania. Jika ketegangan situasi dan politik di Rumania terus berlanjut, diperkirakan tingkat aktivitas warganya dalam kejadian politik akan semakin rendah. Hal itu juga tampak dengan rendahnya tingkat peserta dalam pemilihan parlemen Eropa tanggal 25 November lalu, dimana tingkat pemilih tidak sampai sepertiganya. Pengamat Christian Parvulescu berpendapat
“Pemilihan itu adalah kasus istimewa, karena dalam pemilihan Eropa sekaligus dilaksanakan referendum. Dan referendum yang dilakukan oleh Presiden Traian Basescu inilah yang menyebabkan demotivasi banyak warga Rumania.“
Setahun setelah keanggotaannya dalam Uni Eropa, warga Rumania merasa kecewa. Mereka tidak puas dengan kondisi saat ini.