1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Alam dan LingkunganAmerika Serikat

Seberapa Besar Dampak Mundurnya AS dari Perjanjian Iklim?

22 Januari 2025

Dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, Amerika Serikat kembali hengkang dari Perjanjian Iklim Paris. Langkah tersebut dinilai sebagai kemunduran dalam upaya menyelamatkan iklim Bumi.

https://p.dw.com/p/4pSZd
Presiden AS Donald Trump saat menandatangai perintah eksekutif di kantornya di Gedung Putih
Presiden AS Donald Trump saat menandatangani perintah eksekutif di hari pertama menjabat, Senin (20/1).Foto: Jim Watson/AFP/Getty Images

Presiden Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Iklim Paris untuk kedua kalinya.

Dengan meratifikasi Perjanjian Iklim, AS sebagai penghasil gas rumah kaca terbesar kedua di dunia berkomitmen membatasi pemanasan global pada 2 derajat Celcius. Target ini dicapai melalui dekarbonisasi ekonomi, serta dengan membantu negara-negara miskin melalui pendanaan proyek mitigasi dan adaptasi iklim.

"Saya segera menarik AS dari tipuan berupa Perjanjian Iklim Paris yang tidak adil dan sepihak," kata Trump saat menandatangani perintah eksekutif di Washington. "Amerika Serikat tidak akan menyabotase industri sendiri, sementara Cina mencemari lingkungan dengan impunitas."

Kementerian luar negeri Cina menanggapi dengan menyuarakan kekhawatiran atas penarikan diri AS. Cina bertanggung jawab atas sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca dunia. Juru bicara kementerian luar negeri Guo Jiakun mengatakan pihaknya akan secara aktif menanggapi perubahan iklim dan bersama-sama mempromosikan transisi menuju teknologi rendah karbon di dunia.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

"Drill, baby, drill"

Dalam pidato pelantikannya, Trump menegaskan janji "drill, baby, drill," dengan maksud memperluas penambangan cadangan minyak dan gas di AS yang dia klaim sebagai yang "terbesar" di dunia.

Presiden baru AS juga diyakini akan segera membatalkan sejumlah besar kebijakan iklim utama yang sudah diberlakukan oleh pendahulunya Joe Biden, termasuk sebagian dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi tahun 2022.

What future for climate commitment? —  Global Us

UU tersebut mengesahkan belanja tambahan oleh pemerintah AS untuk merangsang pertumbuhan di sektor energi terbarukan, lapangan kerja ramah lingkungan, dan memerangi perubahan iklim.

AS sempat keluar dari Perjanjian Iklim Paris pada masa jabatan pertama Trump. Tapi kemudian Biden mencabut keputusan tersebut saat dia menjabat pada tahun 2021.

Apa dampak kebijakan Trump?

Penarikan diri AS dari Perjanjian Iklim berpotensi fatal karena menghapus kewajiban negara untuk mengurangi jejak emisi, kata Laura Schäfer dari LSM lingkungan dan hak asasi manusia Germanwatch.

 "Dalam dekade krusial untuk aksi iklim, hal ini, tentu saja, sangat disayangkan," katanya, karena dapat memicu konsekuensi yang lebih luas. "Langkah AS bisa menjadi sinyal bagi negara lain untuk mengurangi komitmen mereka pada mitigasi iklim. Ini dapat mengurangi tekanan pada negara-negara penghasil emisi besar lainnya seperti Cina," imbuhnya.

"Emisi yang diproduksi AS memainkan peran besar dalam hal apakah kita akan tetap berada di bawah batas 2 derajat dan 1,5 derajat," katanya. Para ilmuwan mengatakan bahwa jendela untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 C dengan cepat tertutup.

Amerika Serikat mengeluarkan sekitar 11% gas rumah kaca global. Berdasarkan Perjanjian Paris, negara diwajibkan untuk mencatat jumlah emisi dan menyerahkan target pengurangan setiap lima tahun. Target baru pengurangan emisi akan dipresentasikan sebelum awal Februari menjelang konferensi iklim COP30 yang berlangsung di Belem, Brasil, pada bulan November.

Pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya mengajukan kontribusi yang ditentukan secara nasional, atau NDC. Di dalamnya, AS berkomitmen untuk mengurangi emisi bersih antara 61 dan 66% pada tahun 2035, dibandingkan dengan tingkat tahun 2005.

Will Trump end the Inflation Reduction Act?

"Menarik diri dari Paris pada dasarnya secara de facto menghapus NDC," kata David Waskow, direktur Prakarsa Iklim Internasional di World Resources Institute yang berpusat di AS.

"Yang penting tentang NDC dan apa yang dilakukan pemerintahan Biden adalah menetapkan penanda, poin orientasi, untuk apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat terkait perubahan iklim. Jadi, pengurangan tersebut benar-benar memberikan efek sinyal yang jelas, semacam panduan bagi kota-kota dan negara bagian AS," katanya.

Trump dan KTT Iklim?

Meskipun Trump bertindak cepat mengeluarkan AS dari Perjanjian Iklim Paris, perintahnya tersebut harus menunggu satu tahun sebelum resmi. Artinya, AS akan tetap menjadi bagian dari kesepakatan tersebut saat konferensi iklim COP berikutnya.

Tidak jelas apakah pemerintah di Washington akan menghadiri pertemuan puncak tersebut. Tapi bisa dipastikan, peran AS akan berkurang. Para ahli mengatakan bahwa UE dan penghasil emisi terbesar di dunia, Cina, dapat bersiap untuk memperkuat kepemimpinan mereka dalam KTT Iklim.

Waskow mengatakan ada harapan untuk perjanjian internasional bahkan tanpa AS.

Karena bagaimanapun juga, "sebanyak 90% emisi global masih terwakili di dalam perjanjian iklim. Hal ini sangat penting," tambahnya.

 

Didaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris