Sejarah Museum Bahari yang Terbakar
Museum Bahari yang terbakar ikut menghanguskan koleksi dunia maritim Indonesia beserta sejarahnya yang berharga. Bangunan peninggalan zaman Belanda tersebut memiliki fungsi penting dari dulu hingga kini.
Koleksi berharga terbakar
Museum Bahari yang terletak di Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara, terbakar Selasa (16/1) pagi. Api mulai berkobar pukul 08.55 WIB di bangunan museum sisi utara. Kebakaran tersebut turut menghanguskan sebagian besar koleksi berharga museum yang merupakan ragam dunia kemaritiman Indonesia.
Peninggalan zaman Belanda
Bangunan bersejarah itu mulai dibangun secara bertahap saat kepemimpinan Gubernur Jendral Christoffel van Swoll pada tahun 1652 hingga 1774. Pada masa VOC bangunan tersebut berguna sebagai gudang penyimpanan, penjemuran, dan pengepakan rempah-rempah. Komoditi berharga yang dijual oleh VOC di Nusantara seperti tembaga, timah, dan tekstil juga disimpan di gedung itu.
Masa Pendudukan Jepang
Di masa pendudukan Jepang, bangunan ini menjadi tempat penyimpanan logistik tentaranya. Persenjataan dan bahan pangan disimpan di gedung tersebut.
Peresmian museum
Sesudah kemerdekaan Indonesia, PLN dan PTT menggunakan bangunan tersebut sebagai gudang. Setelahnya, Museum Bahari diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, dengan mempertahankan bangunan yang masih sama pada masa VOC.
Koleksi maritim nusantara terlengkap
Museum tersebut menjadi pengoleksi terlengkap soal kebaharian dan nelayan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia – Amsterdam. Bangunannya juga menjadi tembok warisan VOC terakhir di Nusantara. yp/hp (detik, kompas, sindo)