Sekolah tinggi musik di Köln
6 Januari 2004Iklan
Sekolah Tinggi Musik di kota Köln sangat terkenal di luar negeri. Sebanyak 300 profesor di bidang musik yang 70 diantaranya berasal dari luar negeri mengajar di sekolah tinggi musik di Köln. Tak heran jika mahasiswa dari lebih 50 negara datang ke sekolah tinggi itu untuk mempelajari musik. 1200 mahasiswa kuliah di sekolah tinggi musik di Köln. Hampir setengahnya berasal dari luar Jerman, yaitu dari Korea Selatan, Rusia, Jepang dan AS. Mengapa sekolah tinggi musik di Köln begitu digemari? Sergiej Filioglo dari Moldovia mengaku belajar main piano di sekolah tinggi musik Köln dengan tujuan untuk mengembangkan bakat musiknya, meski sistem pendidikan musik di negaranya juga baik. Selain itu ia mengetahui bahwa Profesor Vassilij Lobanov juga mengajar di sekolah tinggi musik di Köln. Itulah sebetulnya alasan paling kuat bagi Sergiej Filioglo untuk datang ke Köln.
Magda Wanat yang berasal dari Polandia juga memilih datang ke Köln untuk studi di bidang seni suara. Sejak dua tahun ia menjadi mahasiswi dari Profesor Monika Pick-Hieronimi yang sangat berpengalaman. Pelajaran menyanyi itu diberikan dalam dua bahasa, Jerman dan Itali. Jurusan seni suara dan piano di sekolah tinggi musik Köln memang paling banyak peminatnya.
Sekolah tinggi musik Köln dimulai tahun 1850. Ketika itu masih berupa Konservatorium Musik Köln yang ditujukan sebagai tempat pendidikan musik bagi orang awam. Setelah melalui beberapa kali perubahan setelah Perang Dunia II, sekolah tinggi musik Köln mulai diresmikan sejak 1972. Sebelumnya, sebenarnya sekolah tinggi ini merupakan sebuah sekolah Jerman homogen, kata pakar di bidang komposisi lagu asal Polandia, Profesor Krzysztof Meyer. Sekitar 15 tahun lalu Profesor Meyer hanya mengajar mahasiswa Jerman dan semuanya laki-laki. Sedangkan sekarang ia hanya mempunyai satu mahasiswa Jerman dan lainnya mahasiswa asing. Diantara anak didiknya juga terdapat mahasiswi yang berasal dari Iran, Cina, Amerika, Argentina, Korea Selatan, Bulgaria dan Rusia.
Persyaratan umum untuk masuk sekolah tinggi musik Köln bagi mahasiswa asing, selain mempunyai ijin tinggal juga menguasai bahasa Jerman. Pelajaran diberikan dalam bahasa Jerman, meski 25 persen pengajar berasal dari luar negeri. Bagi sebagian besar mahasiswa, bahasa tidak menjadi masalah, kata Ekaterina de Rolle dari St. Petersburg yang belajar seni suara di Köln. Sebab bagi seorang penyanyi, Jerman merupakan negara impian. Sebab negara mana yang mempunyai begitu banyak gedung opera seperti Jerman. Ia juga mengakui banyak penyanyi yang belajar di Akademi Kirov Theater di St. Petersburg yang mencari kemungkinan untuk bisa studi di Barat, karena mereka dapat mengumpulkan lebih banyak pengalaman di Jerman.
Mahasiswi seni suara Magdalena Wanat dari Polandia menambahkan, Köln juga merupakan titik awal untuk karir selanjutnya, karena blantika musik Jerman punya standar yang tinggi. Di Jerman banyak terdapat gedung opera bagus bahkan juga di kota kecil. Dan banyak penonton yang tertarik pada musik klasik. Sudah menjadi kenyataan bahwa mereka yang memulai pengalaman pertama seninya di Jerman, kadang nantinya juga mendapat kesempatan tampil di negara barat lainnya. Di sekolah tinggi musik Köln budaya dan bahasa melebur dalam suatu wadah yang menciptakan suasana kreatif yang beragam. Komponis muda Amerika Yati Durant sangat menyukai masyarakat yang multi budaya ini. Ia merasa senang studi di sekolah tinggi musik Köln, karena Profesor asing yang mengajar memberikan keragaman yang tidak dapat diperoleh di sebuah budaya yang homogen.
Magda Wanat yang berasal dari Polandia juga memilih datang ke Köln untuk studi di bidang seni suara. Sejak dua tahun ia menjadi mahasiswi dari Profesor Monika Pick-Hieronimi yang sangat berpengalaman. Pelajaran menyanyi itu diberikan dalam dua bahasa, Jerman dan Itali. Jurusan seni suara dan piano di sekolah tinggi musik Köln memang paling banyak peminatnya.
Sekolah tinggi musik Köln dimulai tahun 1850. Ketika itu masih berupa Konservatorium Musik Köln yang ditujukan sebagai tempat pendidikan musik bagi orang awam. Setelah melalui beberapa kali perubahan setelah Perang Dunia II, sekolah tinggi musik Köln mulai diresmikan sejak 1972. Sebelumnya, sebenarnya sekolah tinggi ini merupakan sebuah sekolah Jerman homogen, kata pakar di bidang komposisi lagu asal Polandia, Profesor Krzysztof Meyer. Sekitar 15 tahun lalu Profesor Meyer hanya mengajar mahasiswa Jerman dan semuanya laki-laki. Sedangkan sekarang ia hanya mempunyai satu mahasiswa Jerman dan lainnya mahasiswa asing. Diantara anak didiknya juga terdapat mahasiswi yang berasal dari Iran, Cina, Amerika, Argentina, Korea Selatan, Bulgaria dan Rusia.
Persyaratan umum untuk masuk sekolah tinggi musik Köln bagi mahasiswa asing, selain mempunyai ijin tinggal juga menguasai bahasa Jerman. Pelajaran diberikan dalam bahasa Jerman, meski 25 persen pengajar berasal dari luar negeri. Bagi sebagian besar mahasiswa, bahasa tidak menjadi masalah, kata Ekaterina de Rolle dari St. Petersburg yang belajar seni suara di Köln. Sebab bagi seorang penyanyi, Jerman merupakan negara impian. Sebab negara mana yang mempunyai begitu banyak gedung opera seperti Jerman. Ia juga mengakui banyak penyanyi yang belajar di Akademi Kirov Theater di St. Petersburg yang mencari kemungkinan untuk bisa studi di Barat, karena mereka dapat mengumpulkan lebih banyak pengalaman di Jerman.
Mahasiswi seni suara Magdalena Wanat dari Polandia menambahkan, Köln juga merupakan titik awal untuk karir selanjutnya, karena blantika musik Jerman punya standar yang tinggi. Di Jerman banyak terdapat gedung opera bagus bahkan juga di kota kecil. Dan banyak penonton yang tertarik pada musik klasik. Sudah menjadi kenyataan bahwa mereka yang memulai pengalaman pertama seninya di Jerman, kadang nantinya juga mendapat kesempatan tampil di negara barat lainnya. Di sekolah tinggi musik Köln budaya dan bahasa melebur dalam suatu wadah yang menciptakan suasana kreatif yang beragam. Komponis muda Amerika Yati Durant sangat menyukai masyarakat yang multi budaya ini. Ia merasa senang studi di sekolah tinggi musik Köln, karena Profesor asing yang mengajar memberikan keragaman yang tidak dapat diperoleh di sebuah budaya yang homogen.
Iklan