Berbicara Tentang Seks di Luar Angkasa
25 September 2021Astronot asal Jerman, Matthias Maurer, menjawab pertanyaan wawancara dengan mudah tanpa jeda sedikitpun, ketika ditanya oleh para jurnalis mengenai tripnya enam bulan lagi ke Wahana Luar Angkasa Internasional (ISS). Tapi satu topik membuat Maurer tertegun sejenak: dorongan seks di luar angkasa.
“Kami belum pernah membahas ini, karena ini adalah lingkungan profesional,” katanya menjawab pertanyan DW tentang apakah para astronot saling bertukar pikiran dalam mengatasi hasrat mereka.
Berkat misi penerbangan luar angkasa swasta, belakangan makin banyak orang mencapai kosmos dibanding era sebelumnya. Pekan ini saja, SpaceX meluncurkan empat turis ke orbit Bumi. Sepuluh tahun dari sekarang, regu pertama astronot punya kemungkinan menjalankan misi ke planet Mars dan akan berlangsung selama bertahun-tahun.
Seksualitas merupakan hal intrinsik dalam sifat manusia dan tak dipungkiri menjadi salah satu faktor dalam misi luar angkasa. Namun, seiring berkembangnya sains luar angkasa, harus diakui pemahaman kita mengenai seks di luar angkasa masih minim.
NASA, Badan Penerbangan dan Antariksa AS menegaskan, hubungan seks belum pernah terjadi di luar angkasa, dan Astronot Amerika selalu mengelak dari topik tersebut.
“Kami perlu mengetahui lebih lanjut tentang seks di luar angkasa, jika kita memang serius mengenai perjalanan luar angkasa yang panjang. Seks kemungkinan besar akan menjadi bagian dari hal ini,” kata Paul Root Wolpe, ahli bio etika senior di NASA yang sudah 15 tahun bergiat di bidang itu kepada DW.
Pentingnya seks di luar angkasa
Mengangkat tema seksualitas di luar angkasa tidak hanya penting karena itu ada di benak setiap orang. Ditanya oleh DW apakah seksualitas merupakan salah satu poin latihan untuk astronot, Matthias Maurer menjawab: “Tidak, tapi mungkin seharusnya iya.”
“Jika kita memandang kesehatan seksual sebagai komponen inti dari kesehatan, sangat penting untuk memahami kondisi yang kita bebankan kepada para peserta,” kata Saralyn Mark, mantan penasehat medis NASA, kepada DW.
Seks dan masturbasi punya kaitan dengan kesehatan fisik dan mental. Itu tidak berubah di luar angkasa.
Ejakulasi sangatlah penting untuk laki-laki untuk menghindari risiko bakteri menumpuk di prostat mereka. Sedangkan orgasme telah terbukti mampu menghilangkan stres dan rasa cemas dan juga meningkatkan kualitas tidur, yang mungkin bisa membantu selama misi luar angkasa dengan tekanan tinggi.
Sudah kah terjadi?
Kita hanya bisa berspekulasi, tapi ada kemungkinan seks di luar angkasa sudah terjadi di masa lalu. Terdapat dua misi luar angkasa yang punya kemungkinan untuk terjadinya hal tersebut .
Pada 1982, Kosmonot Rusia Svetlana Savitskaya, perempuan kedua yang pernah berada di luar angkasa, mengikuti misi luar angkasa Soyuz T-7 selama 8 hari. Dua rekan laki-laki sudah berada wahana iluar angkasa tu terlebih dahulu, menjadikannya misi luar angkasa gabungan pertama.
Dalam buku nya, Höllenritt durch Raum und Zeit (Perjalanan Neraka Melalui Ruang dan Waktu), astronot Jerman Ulrich Walter mengutip dokter tim, Oleg Georgievich Gazenko, perjalanan tersebut direncanakan dengan memasukkan aktivitas seksual.
Misi kedua yang dipertanyakan terjadi pada 1922, ketika pesawat ulang alik Endeavour milik NASA diluncurkan dengan awak pasangan yang sudah menikah dalam misi itu. Mark Lee dan Jan Davis, keduanya adalah astronot, bertemu di NASA. Mereka menikah secara rahasia sebelum keberangkatan itu. Misi penerbangan luar angkasa ini bisa dikatakan sebagai bulan madu pasangan suami istri astronot bersangkutan.
Apa perbedaannya dengan di Bumi?
Jadi, kita dapat berasumsi bahwa seks di luar angkasa itu nyata. Tapi apa yang membedakannya dengan aktivitas itu di permukaan Bumi? Mari kita mulai dari dasarnya: gairah sex.
Hanya sedikit informasi yang tersedia untuk umum. Dan informasi yang kita miliki mengindikasikan, berada di luar angkasa menurunkan libido, setidaknya di periode awal.
Itu karena nyaris tidak ada gaya gravitasi, pengalaman tanpa bobot di luar angkasa yang dialami astronot, menyebabkan perubahan hormonal, seperti penurunan estrogen. Kadar estrogen rendah lazimnya dihubungkan dengan penurunan gairah seks.
Sayangnya, yang kita ketahui tentang hormon di luar angkasa hanya berdasarkan tes yang dilakukan kepada laki-laki. Itu karena hanya 11.5% dari total astronot adalah perempuan, dan sebagian perempuan yang terbang ke luar angkasa memilih menggunakan kontrasepsi sebelum misinya, untuk menghindari menstruasi. Ini menjadikannya sulit untuk membedakan perubahan hormonal buatan pada meraka, yang disebabkan oleh perjalanan luar angkasa.
Faktor lain yang mempengaruhi gairah seks di luar angkasa adalah perubahan jam internal pada setiap astronot.
"Jika sekarang kita mengitari planet Bumi setiap 90 menit, ritme sirkadian akan berubah dan juga mengubah segalanya, termasuk hormon seks dan mungkin juga libido kita,” kata Saralyn Mark.
Secara ilmiah ini cocok dengan pengalaman astronot Ulrich Walter saat berada di luar angkasa. Dalam bukunya, dia menulis, selama 10 hari dia berada di luar angkasa, dia tidak memiliki libido.
Tapi ada harapan: Menurut astronot Jerman itu, gairah sex astronot akan mulai kembali normal setelah beberapa pekan berada di luar angkasa.
Astronot dan rangsangan
Sementara pengetahuan kita tentang gairah seks masih terbatas, kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang apakah manusia secara fisik bisa terangsang di luar angkasa.
Gravitasi rendah menyebabkan arah sirkulasi darah berbalik dan mengarah ke atas, ke arah kepala dan dada, bukannya beredar di bagian tubuh bagian bawah. Internet dipenuhi dengan spekulasi mengenai apakah hal ini mencegah laki-laki mengalami ereksi di luar angkasa.
Ketika ditanya apakah ereksi luar angkasa dimungkinkan, Mark menjawab tegas: “Ya, gravitasi rendah tidak mempengaruhi hal tersebut.”
Root Wolpe setuju: “Tidak ada alasan secara biologis hal itu menjadi mustahil.”
Ron Garan, seorang astronot Amerika yang melakukan dua kali misi ke luar angkasa ditanya melalui "Tanyakan Apa Saja Padaku di Reddit", apakah ereksi di luar angkasa memungkinkan?
“Saya yakin apa yang bisa terjadi pada tubuh manusia di Bumi, juga bisa terjadi di luar angkasa,” jawabnya.
Untuk perempuan, mendapatkan rangsangan di luar angkasa itu memungkinkan tapi untuk merasakan kenikmatannya akan terasa berbeda dengan saat di Bumi. Di keadaan gravitasi nol, cairan berkumpul di titik awalnya, yang artinya cairan membentuk gumpalan di titik di mana mereka di keluarkan, bukan mengalir dengan bebas.
Velcro dan seks lumba-lumba
Sangat banyak pelajaran dasar biologi kali ini. Sekarang, kita hanya bisa berspekulasi. Satu hal yang pasti: Seks di luar angkasa adalah usaha yang jauh lebih melelahkan daripada Bumi.
Dalam keadaan gravitasi nol, hukum newton ketiga, yang mengatakan bahwa setiap aksi akan mendapat reaksi yang setimpal, melakukan aktivitas seksual menjadi sebuah tantangan.
“Kami tidak tahu seberapa besar gravitasi membantu kita dalam berhubungan seks,” kata Wolpe. “Seks melibatkan tekanan. Di luar angkasa, tanpa daya reaksi apapun, setiap upaya pendekatan seolah terus menerus mendorong pasanganmu menjauh dari kamu.”
Tapi, dimana ada keinginan, di sana ada jalan.
Dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik Jerman NDR, astronot Walter menyarankan agar astronot dapat mengadopsi metode yang digunakan lumba-lumba di laut, dimana pihak ketiga menahan keduanya untuk mencegah mereka agar tidak hanyut.
Wolpe memiliki ide lain: “Semua dinding wahana luar angkasa dilapisi dengan Velcro, jadi kamu bisa memanfaatkannya dan menempelkan satu pasangan kedinding. Kamu harus menjadi kreatif dalam keadaan seperti ini.” (MN/as)