'Seperti Sirkus', Pesta Pemilu di Filipina Dimulai
1 Oktober 2021Musim pemilu di Filipina akhirnya resmi dimulai pada Jumat (01/10). Selebriti TV, keturunan dinasti politik, dan setidaknya satu narapidana diperkirakan akan berada di antara ribuan kandidat untuk memperebutkan berbagai kursi jabatan.
Pemilu akan dimulai dengan proses pendaftaran selama satu minggu ke depan. Setelah masa pendaftaran selesai, para kandidat akan berkampanye selama tujuh bulan. Setidaknya ada sekitar 18.000 posisi yang akan diperebutkan, mulai dari presiden hingga anggota dewan kota.
Kandidat pengganti Duterte
Pengganti Presiden Rodrigo Duterte akan dipilih dalam pemungutan suara pada Mei mendatang. Lebih dari 60 juta pemilih diperkirakan akan ikut berpartisipasi.
Duterte sendiri secara konsitusional telah dilarang mencalonkan diri sebagai presiden untuk kedua kalinya. Namun, ia telah mendeklarasikan pencalonan dirinya sebagai wakil presiden.
Ada beberapa kandidat yang dijagokan untuk menggantikan Duterte. Salah satunya adalah Sara, putrinya sendiri. Ada pula putra dari mantan diktator Filipina, Ferdinand "Bong bong” Marcos, yang merupakan sekutu Duterte.
Tak hanya itu, mantan aktor dan wali kota Fransisco Domagoso – yang dikenal dengan nama panggung Isko Moreno, serta petinju Manny Pacquiao juga berencana ikut membidik kursi kepresidenan.
Pacquiao telah mendaftarkan pencalonannya pada Jumat (01/10). Ia terlihat menaiki sebuah bus bertuliskan "Man of Destiny”. Sebuah siaran langsung dari Facebook yang merekam perjalanannya memperlihatkan sejumlah massa berdiri di samping jalan sambil melambaikan bendera.
Hasil jajak pendapat baru-baru ini menempatkan Pacquiao di posisi keempat pilihan capres. Namun, Pacquiao menepisnya dengan menyebut hasil poling tersebut "hanya angka semata”.
"Bagaikan sirkus”
Kampanye pemilu di Filipina biasanya berlangsung riuh, dengan para kandidat mengerahkan selebriti untuk menarik massa.
Para kandidat kemudian akan tampil di atas panggung, menunjukkan karisma mereka. Alih-alih mengkritik program kerja para kandidat, warga lebih banyak menyoroti bagaimana mereka bernyanyi dan menari.
"Ini adalah sebuah sirkus,” kata analis politik Tony La Vina kepada AFP.
"Ada nuansa di mana warga merasa menjadi bos dalam waktu yang singkat ini. Mereka ingin dirayu oleh para kandidat yang mereka tuntut untuk bernyanyi, menari, dan berlakon seperti badut,” tambahnya.
Meski begitu, para analis memperkirakan masa kampanye kali ini akan kurang meriah. Pasalnya, pandemi COVID-19 hingga kini masih melanda di seantero negeri. Tetapi kekerasan di antara politisi untuk menghilangkan saingan kemungkinan masih tetap ada, kata para analis.
Kampanye di media sosial
La Vina memprediksi bahwa kampanye pemilu kali ini akan lebih banyak dilakukan melalui media sosial.
Menurut Ronald Mendoza, dekan di Ateneo School of Government di Manila, kampanye medsos ini akan meningkatkan peluang bagi kandidat yang kurang dikenal.
"Meskipun Anda relatif bukan siapa-siapa tapi jika Anda punya sejumlah uang untuk media sosial dan beberapa pengikut, Anda sangat mungkin mendapat jumlah suara yang banyak,” katanya seperti dilansir dari AFP.
Tapi tantangan bagi para kandidat baru bukan hanya tentang kampanye di media soial semata. Dengan tidak adanya sistem partai yang kuat, mereka harus menghadapi klan-klan kuat yang mendominasi pos-pos nasional, provinsi, dan daerah.
"Pekerja pemilu masih bisa pergi dari pintu ke pintu untuk membeli suara,” kata seorang pengamat lama kepada AFP. "Uang di sana mengalir seperti air.”
gtp/hp (AFP)