Serabut Nano sebagai Kontrasepsi Baru?
20 Desember 2012Apakah ini alat kontrasepsi masa depan? Mungkin demikian, kata sejumlah ilmuwan Amerika Serikat dari Universitas Washington di Seattle. Mereka berhasil membuat jaringan elastis dari serat berukuran nanometer. Pori-pori jaringan ini demikian halusnya, bahkan sperma pun akan tertahan.
Selain itu, jaringan ini dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa hancur di dalam tubuh secara perlahan-lahan. Demikian menurut tulisan para periset terkait dalam majalah ilmiah "Plos One". Alat kontrasepsi ini juga dapat melepaskan obat-obatan, misalnya yang mengandung antiviral dan diharapkan mampu melawan HIV atau mengeluarkan spermisida yang membunuh sperma.
Secepat apa jaringan tersebut melumer di tubuh, tergantung dari material sintetik yang digunakan. "Kami menginginkan material yang lumer perlahan-lahan selama dua hari", ujar Cameron Ball dari Universitas Washington kepada Deutsche Welle.
"Saat itu, jaringan secara kontinyu dapat melepaskan obat-obatan, sambil terus berfungsi sebagai hambatan fisik." Sebelum jaringan itu habis melumer, sperma-sperma sudah terbunuh oleh zat-zat yang dilepaskan.
Selanjutnya Ball mengatakan, jaringan itu mampu melakukan bentukan yang berbeda: seperti daun yang datar, tabung kosong atau permukaan yang melengkung. "Pengguna perempuan misalnya dapat melipat dua sebuah lempengan kecil persegi empat sebesar lima kali lima sentimeter dan memasukkannya ke vagina." Nanomaterial ini akan segera melekat. Begitu melumer akan muncul semacam gel.
Jaringan itu tidak terlihat dari luar, demikian ditegaskan periset itu. "Jadi perempuan juga dapat menggunakannya tanpa persetujuan patnernya."
"Inovatif dan menarik!"
"Cita-cita kami adalah menghasilkan sebuah produk yang melindungi perempuan dari infeksi HIV dan kehamilan yang tidak diinginkan", kata Kim Woodrow, pemimpin riset. Untuk pertama kalinya serat nano digunakan sebagai sebuah metode kontrasepsi.
"Sebuah langkah awal yang inovatif dan menarik", demikian disampaikan Michael Ludwig, ginekolog di Amedes, Klinik bagi Endokrinologi, Keinginan memiliki anak, dan Kedokteran Prenatal, kepada Deutsche Welle. "Tetapi kita harus menunggu dulu, sejauh mana metode ini terpercaya dan dapat diterapkan."
Juga yayasan pribadi dari Bill dan Melinda Gates tampaknya melihat ide ini sangat menjanjikan: Mereka telah menyetujui bantuan sekitar satu juta dollar AS bagi proyek penelitian selanjutnya.
Kondom tanpa saingan
Pada kenyataannya memang terdapat kebutuhan akan alat kontrasepsi baru yang dapat menghindari kehamilan dan sekaligus penularan penyakit kelamin", tukas Ludwig. Saat ini, satu--satunya yang ada hanyalah kondom.
Sementara pil anti hamil masih bermasalah besar karena sama sekali tidak dapat mencegah penyakit, meskipun terbilang sangat aman untuk melindungi kehamilan, tambah ginekolog itu. "Kami tidak hanya berbicara tentang HIV. Masih banyak penyakit kelamin lainnya yang bahkan lebih mudah menular, juga hepatitis."
Ginekolog ini juga memperingatkan bahaya dari virus papillo manusia (HPV) yang dapat menimbulkan kanker leher rahim, atau chlamydia, bakteri parasit yang dapat menyebabkan kemandulan.
Harus praktis
Kondom terpercaya dapat melindungi pemakainya dari penyakit kelamin, tapi punya kelemahan besar karena mengganggu.
"Manusia tidak dapat diperhitungkan bila berada di bawah pengaruh seksual", ujar Ludwig. Hal ini sudah dibuktikan dalam berbagai studi psikologis. Alat kontrasepsi sering diabaikan. "Karena itu yang terpenting adalah alat kontrasepsi yang mudah digunakan."
Juga diperkirakan bahwa penyebab tidak populernya alat kontrasepsi kimiawi, seperti "foam" dan krem adalah karena tidak praktis. Perempuan harus mengolesnya pada vagina di lokasi tertentu pada waktu yang tepat sebelum melakukan hubungan badan. Selain itu, bahan ini bisa menimbulkan rasa perih.
Sebuah jajak pendapat Pusat Pencerahan Kesehatan Jerman (BZgA) tahun 2011 menyimpulkan bahwa lebih 50 persen responden Jerman berumur antara 18 sampai 49 tahun memilih pil sebagai alat kontrasepsi, sementara sepertiga menggunakan kondom.
Keberhasilan serat nano baru itu akan tergantung terutama dari bagaimana dan kapan alat kontrasepsi tersebut dipasarkan, ujar Ludwig.
"Saat ini kami masih belum memiliki ide final, bagaimana bentuk produk ini nantinya", kata periset AS Cameron Ball. "Yang pasti, studi meluas mengenai keinginan pengguna harus dilaksanakan sebelum alat kontrasepsi itu memasuki pasar."