1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Berdarah di Libanon

20 September 2007

Situasi Timur Tengah kembali bergolak dengan serangan baru di Libanon dan politik Israel di Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/CPFF
Lokasi serangan bom mobil di Beirut yang menewaskan Antoine Ghanem.
Lokasi serangan bom mobil di Beirut yang menewaskan Antoine Ghanem.Foto: AP

Perkembangan situasi terbaru di Libanon dan Palestina disoroti dengan tajam oleh sejumlah harian internasional. Serangan pembunuhan yang menewaskan tokoh politik Libanon yang anti-Suriah, Antoine Ghanem dinilai merupakan isyarat, bahwa Damaskus tidak mau melepaskan cengkramannya terhadap Beirut. Harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya berkomentar : Bagi Damaskus adalah lazim aktiv dalam berbagai aksi yang berlawanan. Di satu sisi merundingkan perdamaian dengan Israel dan di sisi lainnya memperkuat kerjasama dengan Teheran. Suriah dituding mendalangi pembunuhan mantan PM Libanon, Rafik Hariri, tapi dalam waktu bersamaan menyatakan siap bekerjasama dalam perang anti-teror. Jadi amat naiv jika mengira Damaskus tidak terlibat serangan berdarah hari Rabu lalu di Beirut, yang menewaskan Antoine Ghanem. Suriah dapat mengesampingkan banyak hal, tapi tidak akan memberikan hak yang dituntut oleh Libanon.

Harian-harian di Libanon juga menyoroti dengan tajam aksi pembunuhan terhadap anggota parlemen dari partai Kristen Falangis tsb. Harian terkemuka An-Nahar di Beirut memasang kepala berita berjudul : Antoine Ghanem, pesan berdarah terhadap mayoritas di parlemen dan pemilu presiden. Pembunuhan Ghanem adalah upaya untuk mengurangi jumlah anggota parlemen anti-Suriah yang saat ini menguasai mayoritas, sekaligus percobaan untuk menggagalkan pemilu presiden sebelum pemungutan suara digelar.

Sementara harian Al Akhbar berkomentar : Pembunuhan Ghanem mengancam rekonsiliasi dan membuka jalan menuju kekacauan. Perujukan digagalkan dengan teror bom, yang memicu ketakutan politik secara umum serta menyebarnya atmosfir ketegangan dan perasaan tidak aman. Dengan itu akan muncul eskalasi baru yang menyebabkan terhambatnya berbagai proses perundingan penting.

Harian Italia lainnya La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar : Banjir darah di Libanon dan babak baru yang dramatis di Jalur Gaza, bukan merupakan pertanda positiv bagi konferensi Timur Tengah yang digagas presiden George W.Bush, yang akan digelar bulan November mendatang di Washington. Kegagalan sebelum dimulainya konferensi yang sebenarnya, akan merupakan kegagalan final dari politik Timur Tengah presiden Bush di akhir masa jabatannya. Hal itu juga akan menjadi bencana bagi kawasan Timur Tengah, jika kita mengkaitkannya dengan dilema, pemilikan bom atom oleh Iran atau melancarkan pemboman ke Iran.

Dan terakhir harian Spanyol El Pais yang terbit di Madrid berkomentar mengenai politik terbaru Israel terhadap Jalur Gaza. Keputusan pemerintahan Israel di bawah PM Ehud Olmert merupakan hukuman kolektiv bagi seluruh rakyat Palestina di Jalur Gaza. Sebagai penguasa penjajahan, Israel sebetulnya bertanggung jawab bagi situasi keseluruhan di Jalur Gaza. Sebab, Israel bukan hanya mengawasi teritorial, melainkan juga perbatasan, kawasan udara dan laut di kawasan tsb. Tapi nyatanya, situasi humaniter di Jalur Gaza dari hari ke hari menjadi semakin buruk.