1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Berdarah di Sekolah Yahudi

7 Maret 2008

Serangan di sebuah sekolah agama di Yerusalem menewaskan delapan warga Yahudi. Kamis malam (06/03) seorang pria Palestina bersenjata menyerbu gedung sekolah, melepaskan rentetan tembakan sebelum ia lalu ditembak.

https://p.dw.com/p/DKec
Senapan otomatis yang digunakan pelakuFoto: AP

Airmata tak berhenti mengalir di Timur Tengah. Jumat (07/03) delapan pemuda Yahudi dimakamkan. Sebagian besar berusia antara 15 hingga 16 tahun. Upacara pemakaman yang berlangsung emosional, dihadiri ribuan orang, banyak yang mengenakan pakaian hitam tradisional Yahudi ortodoks.

Para siswa terisak, saling merangkul saat Rabbi membacakan nama-nama yang tewas. Mereka adalah siswa sekolah agama di Yerusalem yang tewas ditembak penyerang Palestina, Kamis malam (06/03). Menurut keterangan resmi, pelaku adalah mantan supir di sekolah tersebut. Pria berusia 26 tahun itu berasal dari Jabal Mukaber di Yerusalem Timur dan memiliki kartu tanda penduduk Israel.

Jumat (07/03), polisi Israel menahan lebih dari 10 anggota keluarga dan kerabatnya untuk dimintai keterangan. Militer menutup akses keluar masuk kawasan pendudukan Tepi Barat dan polisi menyatakan dalam kondisi siap siaga. Tak seorangpun menyangka. Serangan pembunuhan di sekolah agama Yahudi adalah skenario yang kecil kemungkinannya terjadi.

Tapi begitulah. Seorang penyerang bersenjata menerobos ke sekolah agama terkenal di pemukiman Kirjat Moshe dan menembaki para siswa. Sekurang-kurangnya 10 menit ia menembak tanpa henti, kata seorang saksi mata di televisi swasta. Antara 500 sampai 600 peluru dilontarkan, sebelum pelaku ditembak seorang petugas polisi yang belajar di sekolah itu.

Petugas itu menuturkan, “Saya ada di gedung sekolah dan tiba-tiba kami mendengar rentetan tembakan dari luar. Mula-mula kami nggak ngerti darimana asalnya. Lalu kami sadar, tembakan datang dari arah perpustakaan yang gedungnya terpisah. Semua lari keluar dari gedung sekolah lewat pintu samping. Saya mengambil senjata saya dan mengokangnya. Saya naik ke atap, tiarap dan menunggu teroris itu. Mendadak dia muncul sambil terus menembak. Saya menembakkan dua peluru ke kepalanya.“

Sedikitnya 50 ambulans berada di lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban. Orang-orang berkerumun di depan gedung sekolah, ingin tahu apa yang terjadi. Kepala polisi Yerusalem, Aharon Franko menerangkan, "Di lokasi kejadian kami temukan delapan orang tewas dan mayat si teroris. Ada 7 orang cedera, 5 diantaranya luka parah. Waktu kejadiannya dimulai ada laporan bantahan. Kami beberapa kali memeriksa gedung ini dan bangunan di sekelilingnya untuk memastikan tidak ada teroris lain. Sekrang kami bisa katakan, hanya ada satu penyerang dan dia sudah mati.“

Polisi kemudian berpatroli di seluruh pelosok kota untuk menjaga suasana aman dan tenang. Dari kalangan rakyat Israel bergema teriakan balas dendam. Sekutu utama Israel, Presiden Amerika Serikat George W. Bush, memimpin suara-suara kemarahan global. Namun DK PBB, dalam pertemuan darurat Jum'at (07/03), gagal menyepakati pernyataan mengutuk serangan.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan, insiden penembakan di sekolah agama di Yerusalem adalah serangan telak terhadap proses perdamaian yang tidak boleh dibiarkan berhasil. Presiden Palestina Mahmud Abbas mengutuk serangan tersebut dan mengatakan ia menentang pembunuhan terhadap warga sipil dari kedua pihak. (rp)