Dampak Serangan Turki terhadap Kurdi Sampai ke Jerman
25 Januari 2018"Kita semua Afrin, kita semua YPG," demikian teriakan sejumlah warga Kurdi yang melancarkan demonstrasi di depan konsulat Rusia di kota Bonn, Jerman. Mereka melambai-lambaikan bendera Kurdistan, yaitu kawasan yang menyatakan diri otonom di Suriah.
Ini salah satu dari puluhan demonstrasi yang digelar setiap hari di seluruh Jerman untuk memprotes serangan Turki terhadap YPG, yaitu kelompok Kurdi Suriah yang mengontrol kawasan Afrin di Barat Laut Suriah .
Evin, seorang demonstran yang ikut aksi protes di Bonn, mengatakan, ia bersedia turun ke jalan kapan saja untuk mempertahankan Afrin. Ia menambahkan, ia seorang ibu, dan tidak keberatan jika anak-anaknya juga ingin ikut. Ia menjelaskan, para demonstran Kurdi tidak ingin konflik. Tapi ia khawatir bahwa kaum nasionalis Turki, yang disebutnya "rasis", akan menggunakan lebih banyak aksi kekerasan.
Sebagai indikasi bagaimana situasi bisa memanas dalam waktu singkat, terlihat di kota Hannover. Para demonstran Kurdi di kota itu terlibat bentrokan dengan warga Turki yang baru saja turun dari pesawat terbang di bandara Hannover, Senin (22/01). Pada hari yang sama, sejumlah orang merusak dua masjid warga Turki yang dikelola organisasi DITIB. Inilah lembaga payung Islam terbesar yang mengelola lebih dari 900 masjid di Jerman yang diindikasikan punya kaitan dengan Direktorat Agama pemerintah Turki.
Menurut laporan majalah berita Der Spiegel, insiden terjadi karena sejumlah masjid warga Turki dan imam Turki di Jerman menyerukan agar warga berdoa bagi suksesnya serangan militer Turki terhadap "teroris" di Afrin. Doa yang dibacakan sama seperti do'a yang dibacakan di sekitar 90.000 mesjid di Turki.
Sejarah konflik yang meluber
Jerman menjadi tanah air kedua bagi sekitar 3 juta warga dari Turki. Sekitar sepertiganya adalah etnis Kurdi yang datang untuk jadi pekerja tamu di tahun 1960 dan 70-an. Gelombang berikutnya etnis Kurdi datang di tahun 1980 dan 90-an akibat konflik dan pengejaran di wilayah "Kurdistan".
Pemerintah Jerman sudah lama menyatakan kekhawatirannya, terkait konflik antara etnis Kurdi dan Turki, karena bisa ikut menyebar ke Jerman. Terutama setelah bubarnya proses perdamaian antara pemerintah Turki dan PKK pada tahun 2015, yang menyulut naiknya aki kekerasan di Turki.
Belakangan ini, serangan militer Turki terhadap sejumlah kota Kurdi di bagian tenggara Turki, juga pelarangan terhadap oposisi Kurdi yang legal menyebabkan kaum nasionalis Kurdi tidak merasa punya opsi selain bergabung dengan gerakan bersenjata PKK.
Afrin kobarkan perasaan dikhianati pada kaum Kurdi
Serangan Turki terhadap Afrin tampaknya diberi "lampu hijau" oleh Rusia. Sementara AS memilih untuk tidak mengambil tindakan, karena belakangan ini AS mendukung YPG yang dianggap sekutu terkuat di darat untuk menghadapi Islamic State -ISIS di Suriah. Tapi AS berada di posisi sulit, karena Turki juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara - NATO. Sedangkan Uni Eropa tidak memberikan banyak reaksi.
Serangan ke Afrin menambah perasaan dikhianati di kalangan etnis Kurdi, demikian dikatakan Alexander Clarkson, pakar studi Eropa di King's College, London. Menurutnya ini bisa digunakan untuk memobilisir diaspora Kurdi agar bergabung dengan PKK. Yang masih harus dilihat adalah langkah pendukung PM Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan warga nasionalis Turki di Jerman.
Menurut Clarkson, diaspora Turki di Jerman punya pandangan politik berbeda-beda. Ada yang tidak mendukung Erdogan dan sangat terintegrasi di Jerman. Mereka kemungkinan tidak ingin dijadikan senjata oleh Erdogan. Namun juga cukup banyak yang mendukung perdana menteri Turki itu.
Penulis: Chase Winter (ml/as)