Setahun Konflik Suriah, Kekerasan Terus Berlangsung
15 Maret 2012Kamis (15/03), Suriah menandai peringatan satu tahun pemberontakan rakyat terhadap Presiden Bashar al Assad. Upaya diplomasi yang masih tengah dilakukan tampaknya membuat sedikit kemajuan untuk mengakhiri kekerasan di Suriah.
Pasukan pemerintah masih terus melancarkan serangan terhadap kubu pemberontak. Dewan Keamanan PBB sampai saat ini belum mengambil satu keputusan untuk melindungi warga Suriah dari kekerasan. Dua kali, Rusia dan Cina memveto resolusi terhadap Suriah.
Kucilkan Suriah
Aktivis penentang Assad melaporkan, Kamis (15/03), beberapa ledakan terjadi di ibukota Damaskus diikuti rentetan tembakan senjata. Organisasi pengawas HAM di Suriah, yang berbasis di London, Inggris, mengatakan sebuah mobil meledak di Barzeh. Tidak dilaporkan adanya korban jiwa.
Dalam upaya untuk terus mengisolasi pemerintah Suriah, Belanda merencanakan untuk menutup kedutaan besarnya di Damaskus, “Karena situasi keamanan yang memburuk dan untuk mengirimkan ‘pesan' politis kepada Suriah.”Penutupan ini merupakan ungkapan rasa muak kami melihat kekerasan mengerikan yang dilakukan pemerintah Suriah,” demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Belanda Uri Rosenthal.
Belum Ada Solusi
Kunjungan utusan khusus PBB Kofi Annan di Suriah untuk mengupayakan solusi krisi di Suriah tidak membawa hasil. Walaupun merasa tidak puas dengan perkembangan di Suriah, Rusia tetap melanjutkan pasokan senjata ke Suriah. Tindakan Rusia ini menunjukkan betapa jauh perbedaan diplomatis Rusia dengan negara Barat dan Arab.
Rusia dengan keras berusaha untuk mencegah sanksi atau intervensi militer. Rusia lebih memilih pendekatan diplomatis dan mendesak Assad untuk melakukan reformasi demokratis yang dituntut para pemberontak.
Presiden Bashar al Assad mengumumkan akan menggelar pemilu parlemen tanggal 7 Mei mendatang. Rencana ini dinilai negara Barat dan Arab serta kelompok oposisi sebagai palsu. Assad berulangkali mengatakan, kerusuhan di Suriah didalangi kelompok-kelompok teroris bersenjata.
Setahun setelah dimulainya protes massal di Suriah, PBB memperkirakan, sekitar 8.000 orang tewas menjadi korban. Dalam pernyataan yang dikeluarkan hari Kamis (15/03), sekitar 200 LSM dari 27 negara menuntut diakhirinya kekerasan di Suriah. Dewan Keamanan PBB dituntut untuk secepatnya mengeluarkan satu resolusi untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah.
Yuniman Farid (rtr/afp)
Editor: Hendra Pasuhuk