Siapa Korban di Papua?
22 Februari 2013Dalam perang, korban yang jatuh pertama adalah kebenaran!
Itu berlaku pula di Papua.
Dua hari terakhir, 12 orang tewas akibat serangan kelompok bersenjata. Markas besar kepolisian mengaku sedang mengejar pelaku: Organisasi Papua Merdeka.
Empat dekade Organisasi Papua Merdeka mengangkat senjata. Sulit membedakan, mana fiksi dan mana fakta ketika muncul cerita tentang mereka.
Tapi bagi aparat keamanan, OPM adalah sesuatu yang terang benderang. Merekalah biang semua kekacauan.
Logika perang memang hanya menyediakan dua kemungkinan: kawan atau lawan. Itulah yang dipakai tentara dan polisi di Papua.
Masalahnya, cara pikir itu juga menjangkiti pengambil keputusan di Jakarta. Siapa dibalik penembakan? Pembunuhan atau huru hara? Jawabannya selalu OPM.
Logika itu membuat kita melupakan rakyat Papua, yang sesungguhnya adalah korban utama konflik berkepanjangan ini.
Papua adalah provinsi termiskin. Tiga dari sepuluh orang hidup di bawah garis kemiskinan.
Apa arti keadilan di hadapan fakta menyakitkan bahwa pada saat Indonesia mulai diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi dunia, kehidupan nyaris tak berubah di Papua?
Apa guna punya gunung Grasberg dengan cadangan emas terbesar di dunia, jika anak-anak tak bisa melanjutkan sekolah?
Ke mana uang hasil hutan, batu bara dan gas? Kenapa itu tidak menetes kepada rakyat Papua?
Ada pepatah Cina: saat telunjuk mengarah ke depan, tiga jari lain ke arah diri sendiri. Itu berlaku pada pejabat di Jakarta, saat mereka menunjuk OPM sebagai biang kekacauan di Papua.