1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi Terakhir di Libanon

14 Februari 2008

Ratusan ribu orang memperingati tiga tahun kematian Rafik Hariri, mantan PM Libanon. Hari Rabu (13/2), putranya Saad Hariri menyampaikan ajakan damai dan belasungkawa kepada Hizbullah, namun ditanggapi dingin.

https://p.dw.com/p/D7kG
Rakyat Libanon memperingati kematian HaririFoto: AP

Melambaikan bendera kuning Libanon serta poster-poster anti Suriah, puluhan ribu warga di ibukota Beirut mengusung foto Rafik Hariri serta tokoh-tokoh anti Suriah lainnya, yang tewas oleh ledakan bom bunuh diri tiga tahun lalu.

Di lokasi serangan, sebuah patung diresmikan untuk menghormati Rafik Hariri, bekas Perdana Menteri Libanon yang terbunuh itu. Dalam sebuah pidato, putranya Saad Hariri mengingatkan para pendukungnya, bahwa keadilan akan segera datang.

Tahun lalu Dewan Keamanan PBB menyatakan akan menyelenggarakan tribunal untuk mengadili para tersangka pelaku pembunuhan.

Pendukung Hariri menganggap bahwa Suriah berada di balik pembunuhan terhadap ayahnya tahun 2005. Namun Saad Hariri justru mengajak oposisi yang didukung Suriah untuk bergabung dalam pemerintahan koalisi Lebanon.

Kepada kelompok Hizbullah yang didukung Suriah, Saad Hariri menyampaikan belasungkawa dan ajakan damai. Ia pun berjanji, tak akan menarik kembali ajakan ini, apapun kesulitan yang bakal dihadapi di masa depan.

Namun, Hizbullah menanggapinya dingin. Di acara pemakaman Imad Mughniyeh, komandan Hizbullah yang tewas di Suriah dalam sebuah ledakan bom awal pekan ini, pemimpin Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah menyatakan baru akan menerima uluran tangan itu, setelah yakin bahwa niatnya baik.

Bentrokan antara kelompok oposisi dan pemerintahan koalisi Libanon selama 15 bulan terakhir, sedikit cair ketika kedua pihak sepakat pada pencalonan Jenderal Michel Suleiman sebagai Presiden.

Tetapi perebutan kekuasaan antara kedua kubu itu, hingga kini belum terselesaikan. Pada unjuk rasa di Beirut, Mohammad Salam dari harian An-Nahar yang dekat dengan pemerintahan mengingatkan, bahwa mereka berada di sana untuk menuntut adanya Presiden baru dan menolak kembalinya Suriah ke Lebanon.

Suriah pernah menguasai Libanon selama 15 tahun. Tentaranya baru ditarik pulang setelah pembunuhan atas Rafik Hariri dan adanya desakan masyarakat internasional. Namun pengaruh Suriah masih kuat.

Bagi Profesor Hilal Khashan, yang mengajar ilmu politik di Beirut, situasi Libanon saat ini tampak suram. Ia mengatakan, "Masa depan politik Libanon sangat mengkhawatirkan, Kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Situasi Libanon tak dapat dipisahkan dari perkembangan di Timur Tengah. Aktornya berubah, tapi hubungan Libanon dengan segala masalah di wilayah ini tetap konstan.”

Sementara itu, Hassan Nasrullah mengumandangkan perang terbuka terhadap Israel, yang dituding sebagai dalang serangan bom yang menewaskan Mughniyeh di Damaskus. Perdana Menteri Israe, Ehud Olmert menyangkal tuduhan itu.

Selama 20 tahun terakhir, Komandan Hizbullah tersebut tercatat sebagai salah seorang tokoh teroris yang diduga terkait dengan berbagai serangan yang menewaskan ratusan orang di Israel dan negara-negara Barat. (ek)