171111 USA ASEAN
17 November 2011250 marinir AS berada di markas angkatan laut Darwin di Australia. Awal yang bersahaja bagi sebuah strategi besar yang baru. Usai pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, presiden AS Barack Obama menegaskan, Amerika datang dan akan bertahan di Asia Pasifik.
Kata-kata itu menandai perubahan mutlak dalam politik Amerika Serikat di Asia Tenggara dan di Pasifik. Dikatakannya, "Demi menjamin keamanan yang kita butuhkan, serta meraih kemakmuran yang diharapkan, di kawasan ini maupun dimana saja di dunia, kerjasama kami kini diperluas.“
Di Darwin nantinya akan ditempatkan 2500 tentara, tapi lebih penting dari itu adalah simbolisme kerjasama yang dibangun. Obama, yang akan berada di Bali untuk menghadiri pertemuan ASEAN, ingin menunjukkan keberadaannya di Asia Tenggara, antara lain juga kepada Cina.
Pasalnya, kawasan Asia Tenggara tidak terlepas dari ancaman konflik. Salah satunya adalah perebutan perairan Laut Cina selatan yang hampir seluruhnya diakui oleh Cina. Padahal negara-negara, seperti Vietnam, Filipina dan Malaysia juga merasa berhak atas kawasan perairan itu. Apalagi, di sekitar kepulauan Spratly terdapat sumber-sumber minyak dan gas bumi yang besar.
Tak heran bila negara-negara tersebut mencari mitra yang kuat untuk menghadapi Cina. Obama mengungkapkan, "Kerjasama yang lebih erat dengan Australia akan mengijinkan kami untuk lebih cepat merespon peristiwa di kawasan Asia Tenggara, misalnya saat terjadi bencana alam dan negara-negara kecil di kawasan membutuhkan bantuan.“
Obama sama sekali tidak menyebut negara Cina, meski begitu diduga Perdana Menteri Wen Jiabao menangkap pesan yang terlontar.
Namun di luar itu semua, Amerika Serikat menganggap kawasan Asia Tenggara dan Pasifik sebagai pasar yang belum sepenuhnya tergarap. Zona perdagangan bebas yang sudah ada bisa diperluas, seperti yang diputuskan pada pertemuan APEC pekan lalu di Hawaii. Hal ini akan diajukan kembali dalam KTT ASEAN di Bali.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga hadir pada pertemuan di Bali. Sebelumnya di Filipina ia menandatangani kesepakatan Manila. Kesepakatan itu meliputi kerjasama militer yang juga dilatari sengketa minyak dan gas bumi dengan Cina.
"Amerika Serikat tidak mengambil posisi apabila ada bangsa yang menyatakan kepemilikannya atas suatu wilayah. Namun ini harus sesuai dengan hukum internasional dan disepakati PBB", begitu Clinton.
Disamping Vietnam, Filipina juga menentang Cina, khususnya sehubungan sumber mineral di Laut Cina Selatan, yang oleh Manila disebut Laut Filipina Barat. Ancaman eskalasi militer sudah berulangkali mencuat.
Perdana Menteri Cina Wen Jiao Bao juga akan berada di Bali. Agaknya pertemuan puncak ASEAN yang digelar membuka peluang untuk secara langsung mencari solusi untuk konflik-konflik yang ada.
Udo Schmidt/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk