Suriah Masih Tanpa Rencana Perdamaian
25 September 2012Banyak pihak yang menaruh harapan besar kepada Lakdhar Brahimi. Utusan khusus baru PBB ini diharapkan bisa memulai kembali usaha perdamaian dalam konflik Suriah. Namun, ia butuh waktu. "Saya belum punya rencana pasti", ujar Brahimi setelah pembicaraan informal dengan Dewan Keamanan PBB di New York.
Diplomat berusia 78 tahun ini menggambarkan situasi di Suriah dengan kalimat, "Kondisi di Suriah sangat sangat kelam." Menurut para diplomat anggota DK PBB, rezim di Damaskus menolak segala bentuk reformasi. Assad ingin mempertahankan kekuasaannya di negara itu.
Rencana Annan sebagai landasan
Konsep baru bagi solusi diplomatis masih belum kelas, sesaat menjelang pembukaan sidang umum PBB, Selasa (25/09). Rencana enam poin dari pendahulu Brahimi, Kofi Annan, akan tetap menjadi inti dari konsep solusi berikutnya. Ini ditegaskan oleh menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle di New York. Brahimi mendefinisikan keenam poin tersebut sebagai "bagian dari pertimbangan saya."
Inti rencana Annan adalah gencatan senjata dan dialog antara pemerintah dan oposisi di bawah pengawasan PBB. Agustus lalu, Annan menghentikan usaha mediasinya karena frustasi. Ia juga mengungkap kurangnya dukungan dari Dewan Keamanan PBB.
Tiga rancangan resolusi yang diajukan sebelumnya, yang diharapkan bisa menambah tekanan bagi Presiden Suriah Bashar al Assad telah gagal. Cina dan Rusia memvetonya.
Dewan Keamanan PBB tetap terpecah
Brahimi juga berada di posisi yang sulit. "Jika ia harus sukses, maka ia membutuhkan dukungan jelas dari PBB dan khususnya Dewan Keamanan PBB", ujar Westerwelle. Jerman mengambil alih posisi ketua bergilir DK PBB September ini.
Menlu Jerman menyerukan kepada dewan tertinggi PBB itu untuk berupaya mengatasi blokade. "Kita tidak boleh menyerah. Karena jika kita menyerah, artinya kita juga menelantarkan nasib warga Suriah."
Perang saudara di Suriah, konflik Timur Tengah antara Israel dan Palestina, dan aksi kekerasan karena video anti Islam akan menjadi tema utama sidang umum PBB kali ini. Pembicara terpenting di hari pertama adalah Presiden AS Barack Obama. Kemudian Presiden Perancis Francois Hollande akan berbicara untuk pertama kalinya dalam sidang umum.
Hari ini (25/09), diperkirakan tidak akan menghasilkan keputusan apapun. Namun, banyak pertemuan sampingan di luar sidang yang diharapkan memacu terobosan. Antara lain, pertemuan kelompok enam negara AS, Rusia, Cina, Perancis, Inggris dan Jerman untuk membahas sengketa program atom Iran. Atau perundingan kuartet Timur Tengah yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, Rusia dan AS.