Suriah Menjelang Kembali ke Titik Nol
3 Agustus 2012Pemberontakan dimulai secara damai dan meskipun mengalami berbagai pukulan, kekecewaan dan tentangan keras dari pemerintah, usaha rezim penguasa menumpas demonstrasi dengan penembak jitu dan penangkapan gagal. Ini hanya memicu bertambahnya korban tewas dan luka-luka setiap hari. Strategi kekerasan ini menyebabkan pentingnya militerisasi pemberontakan, dimana terbentuknya Tentara Pembebasan Suriah FSA yang melindungi para demonstran, semakin dipercepat dengan bergabungnya tentara rezim yang membelot. FSA saat ini bahkan sudah memiliki perwira dan tentara dari berbagai satuan dan kontingen. Tentara pemberontak inilah yang melakukan perlawanan di Rastan, Homs, Talbise, Qusair, Idlid, Daraa, Duma, Zabadi, Hama dan Deir es-Zor dengan pasukan rezim Assad, seperti juga baru-baru ini di Aleppo dan Damaskus.
"Hentikan Pembunuhan!"
Banyak yang menilai, bahwa berbagai pertempuran yang berlangsung di Suriah akhirnya hanya dapat diputuskan di Damaskus, meskipun ini amat sulit. Damaskus berada di tangan rezim yang brutal. Di sini terdapat arsenal militer Suriah yang dijaga dengan ketat. Tapi tampaknya tak ada yang tidak mungkin, bahwa pertempuran di Damaskus yang menentukan. Kenyataannya, FSA sudah berkali-kali dalam satuan kecil mendesak sampai ke pusat kota dan melakukan pertempuran dengan pasukan pemerintah. Ini membuat FSA mendapat dukungan simpati di kawasan sekitar Damaskus, yang penduduknya sejak awal pemberontakan ikut mendukung dan membantu para perwira dan tentara yang membelot.
Damaskus seperti kota-kota lainnya di Suriah sejak awal menentang rezim Assad. Juga di sini juga berlangsung aksi protes penduduk, walaupun relatif kecil dibanding luasnya kota. Namun warga muda Damaskus bergabung dalam demonstrasi di kawasan di sekitar, dan bergabung dalam pemakaman korban tewas di Duma, Qabun, Qadam, Harasta dan Djobar.
Selain itu para pria dan perempuan muda melakukan aksi protes simbolis dengan moto „Hentikan pembunuhan, kami ingin membangun negara untuk semua" juga memiliki risiko ditangkap. Dengan spray mereka menyemprot tembok-tembok rumah. Demonstrasi spontan yang disebut demonstrasi terbang sementara ini sudah menjadi pemandangan lazim di jalan-jalan Damaskus. Meskipun adanya blokade, seusai sholat Jumat penduduk melakukan pawai demonstrasi di sekitar mesjid.
Bagi setiap demonstran tetap terdapat risiko dianiaya atau bahkan disiksa sampai meninggal. Selain itu rumah para demonstran diserbu dan kantor para aktivis dirazia dan dirampok. Juga ratusan mahasiswa tidak luput dari brutalitas milisi terkenal Shabbibha. Mereka ditahan berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan ada yang dari penjara langsung masuk ke pemakaman.
Kini di setiap kota, setiap desa atau kawasan pemukiman di Suriah memiliki martir, dewan koordinasi perlawanan dan sejarah revolusinya masing-masing.
Mulai Rapuhnya Pertahanan Rezim
Baru-baru ini ibukota Damaskus makin menjadi fokus perhatian. Di Duma dekat Damaskus pertempuran antara pasukan rezim dan pemberontak bersenjata mencapai tingkat eskalasi berbahaya. Duma dikenal sebagai kubu aksi protes. Pasukan rezim menembaki kota itu sehingga ratusan orang tewas. Kebanyakan penduduk melarikan diri dari kota, yang kini tampak seperti bagian miniatur kota Homs yang hancur. Kehancuran semacam itu juga mulai terjadi di berbagai kawasan pemukiman di Damaskus.
Tanggal 20 Juli sesaat menjelang dimulainya Ramadan, pasukan pemberontak FSA dalam satuan besar berdatangan dari berbagai penjuru ke Damaskus. Pasukan pemberontak tampak nyata di Kafar Susa, Basatin al-Mazze dan Midan, dimana dari situ mereka menyerang pusat kekuasaan, kantor-kantor partai pemerintah Baath, aparat keamanan dan dinas rahasia. Juga di distrik Adawi dan Tidjara terjadi bentrokan singkat yang meluas sampai ke rumah sakit Ibnu an-Nafis. Kesan ibukota Damaskus tenang, yang tidak terusik oleh pertempuran dan pergolakan yang terjadi di kawasan Suriah lainnya, sudah berlalu. Kini Damaskus juga menjadi pusat konflik bersenjata di Suriah.
Fawwaz Haddad/Dyan Kostermans
Editor: Hendra Pasuhuk