Survey: Muslim Indonesia Semakin Konservatif
8 September 2017Konservatisme kian mengakar di Indonesia. Menurut jajak pendapat yang dipublikasikan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, sekitar 82% penduduk Indonesia mendukung anggapan bahwa perempuan harus berhijab sebagai bagian dari penerapan hukum Islam. Survey tersebut melibatkan 1.620 responden di 34 provinsi.
Hanya 9% responden yang menilai dampak positif penerapan hukum Islam "sangat terbatas atau tidak ada sama sekali." Sebaliknya 67% menanggap penerapan Syariah Islam akan mampu menjaga tenun moral masyarakat. Sejak reformasi 1998 yang menanamkan kebijakan desentralisasi, sudah sebanyak 440 Peraturan Daerah Syariah yang disahkan.
Namun saat yang bersamaan sebagian besar responden menilai ancaman terbesar terhadap Islam tidak berasal dari luar, melainkan dari umat Muslim sendiri. Terutama keterlibatan tokoh agama di panggung politik dianggap bisa melukai integritas Islam. "Singkatnya mayoritas tidak melihat faktor eksternal sebagai ancaman," tulis peneliti ISEAS, Diego Fossati, Hui Yew-Foong dan Siwage Dharma Negara seperti dilansir TodayOnline.
Islamisasi politik Indonesia belakangan menguat, terutama sejak Pemilihan Umum Kepresidenan 2014. Saat itu berbagai partai politik, termasuk yang berhaluan sekuler, dan organisasi kemasyarakatan mencoba mengusung isu agama untuk mendulang suara dan simpati.
Survey yang digelar pasca Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta itu juga menyaring sentimen masyarakat terkait kasus penistaan agama yang melibatkan bekas Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Sekitar 63% responden menganggap penistaan agama layak mendapat hukuman. Sekitar 58% mendukung anggapan bahwa umat muslim harus memilih pemimpin seagama.
"Hasil survey ini membuktikan dakwaan penistaan agama dianggap serius, bukan cuma oleh pemilih di Jakarta, melainkan juga oleh uma muslim di seluruh Indonesia. Artinya isu ini memiliki cakupan melebihi Pilkada Jakarta," begitu bunyi studi tersebut.
rzn/yf (TodayOnline, Kompas, rtr)