Taj Mahal Jalani 'Terapi Lumpur'
9 Juni 2014"Karena polusi di kota terus bertambah, marmor putih menjadi kuning dan kehilangan kilaunya. Untuk mengembalikan wujud asli monumen tersebut, kami mulai mempersiapkan terapi lumpur," ujar arkeolog BM Bhatnagar dari Archaelogical Survey of India (ASI) yang bekerja di bawah kementrian kebudayaan negara itu.
Proses ini mencontoh metode pembersihan kecantikan tradisional yang dilakukan para perempuan India dengan membalurkan 'Multani mitti' atau tanah serap yang menyerupai lempung ke wajah agar kulit tetap bersinar.
Sebagai bagian dari terapi facial bagi Taj Mahal, lempung yang kaya akan kapur ini akan dibalurkan ke marmor yang menguning dan dibiarkan semalaman. Lalu dibersihkan dengan air, saat lumpur mulai mengering. Para arkeolog berharap, warna kuning akan turut terbersihkan.
"Permukaan ditutupi dengan tanah serap setebal 2 mm. Setelah kering dibersihkan dengan sikat nilon halus dan disiram dengan air sulingan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada permukaan," papar Bhatnagar dari ASI.
Musoleum dari abar ke 17 ini telah tiga kali menjalani terapi semacam ini. Pertama kali di tahun 1984, lalu 2001 dan terakhir di tahun 2008. "Terapi terakhir melibatkan 24 ahli yang melakukan pekerjaan sedikit demi sedikit selama enam bulan akan turis tidak terganggu," tambah Bhatnagar.
"Saat ini proses masih dalam tahap dokumentasi dan pakar menganalisa bagian pada monumen yang tidak terekspos hujan tapi cenderung lebih banyak mengumpulkan kotoran."
Monumen India bermarmor putih ini dibangun oleh Kaisar Shah Jahan antara tahun 1632 dan 1654 sebagai musoleum bagi istrinya Mumtaz Mahal.
vlz/rn (pti)