Israel Angriff Gaza-Hilfsschiff
2 Juni 2010Kejadiannya tidak bisa lebih buruk lagi. Angkatan Laut Israel menghentikan armada kapal yang mengangkut bantuan bagi rakyat yang menderita di Jalur Gaza, dan aksi itu memakan korban. Tewasnya warga sipil tidak bisa dibenarkan, terlepas dari fakta pihak mana yang lebih dulu memakai kekerasan. Karena itu, investigasi aksi militer Israel secara mendetail oleh instansi yang netral dan dipercaya oleh dunia internasional, menjadi perlu.
Ini juga demi kepentingan Israel, karena Israel merugikan dirinya sendiri dengan aksi ini dan harus mengakui perlunya pembatasan kerusakan sesegera mungkin. Dengan melancarkan aksi militer terhadap aktivis internasional dengan niat kemanusiaan, citra negara Israel rusak parah, dan bukan hanya di dunia Islam. Di Eropa pun, berita tersebut disambut dengan keterkejutan dan kemarahan.
Wajar jika presiden Palestina menyebutnya pembantaian. Wajar juga Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad memanfaatkan situasi dan kembali mencekoki dunia dengan semburan kata-kata amarah anti Israel. Kenyataannya, aparat keamanan Israel memberi alasan bagus bagi Ahmadinejad untuk melakukan itu.
Tapi bukan hanya Ahmadinejad, seteru Israel lainnya seperti Hamas dan Hisbollah termasuk pihak yang menikmati keuntungan untuk berpropaganda. Seruan mereka akan 'perlawanan' mungkin kini mendapat simpati lebih besar di banyak negara Arab dan Islam, terutama di Turki, yang Kementrian Luar Negerinya sudah memperingatkan akan konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki dalam hubungan dengan Israel.
Hamas menyerukan kembali pada warga Arab dan umat Muslim untuk bangkit dan berunjuk rasa di depan kedutaan besar Israel di seluruh dunia. Semua ini merupakan perkembangan yang berbahaya, karena kemarahan warga di jalanan, di kawasan yang tegang ini, bisa berubah dengan cepat menjadi eskalasi besar.
Khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa, mereka kini harus mengakukan segala sesuatu untuk menghindari eskalasi semacam itu. Kecaman terhadap aksi militer, pembatalan rencana latihan militer bersama dan pemanggilan duta besar Israel oleh banyak pemerintahan di Eropa merupakan isyarat jelas bahwa aksi militer mematikan terhadap warga sipil adalah hal yang melanggar batas. Kini diharapkan, situasi warga di Jalur Gaza juga lebih diperhatikan oleh masyarakat internasional.
Sekali ini, bukan siapa-siapa, juga bukan rakyat di Gaza, yang membuka kedok Israel di mata internasional. Argumen semua pihak yang terlibat harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Yang penting, melakukan penyilidikan independen sesegera mungkin dan mendorong Israel untuk menyetujui langkah itu. Jika tidak, upaya pembatasan kerusakan akan gagal sejak awal.
Rainer Sollich
Editor: Renata Permadi