1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Pemilu Sebagai Alat Propaganda

Peter Philipp18 Maret 2008

Hari Jum'at (14/03), warga Iran telah memilih wakilnya di parlemen. Hasil pemilihan parlemen sudah diduga: mayoritas kursi direbut oleh kubu konservatif.

https://p.dw.com/p/DQmV
Iranian President Mahmoud Ahmadinejad, casts his ballot for the parliamentary elections at a polling station in Tehran, Iran, Friday, March 14, 2008. Conservatives and allies of hard-line President Mahmoud Ahmadinejad stood to keep their hold on parliament as Iranians voted Friday in elections in which reformists were barred from running. (AP Photo/Vahid Salemi)Foto: AP

Die Iraner haben gewählt - und zwar so, wie erwartet wurde: Die Mehrheit der Sitze gewannen die Konservativen

Pemilihan parlemen di Iran, baik di luar negeri maupun di Iran sendiri diwarnai karakter dan perkiraan yang mengherankan. Terutama negara-negara Barat berusaha memfungsikannya sebagai ujian kekuatan bagi Presiden Mahmud Ahmadinejad. Sementara Iran menyebut pemilihan ini sebagai jawaban terhadap negara-negara Barat .

Bagi Iran, semakin banyak warga yang memberikan suaranya, merupakan bantahan yang jelas terhadap pernyataan negara ´Barat, yang mengatakan bahwa sistem politik yang dijalankan Republik Islam Iran semakin tak didukung warganya. Kedua belah pihak menyampaikan perkiraan yang keliru.

Para pengkritik Iran di luar negeri harus mengetahui dengan jelas, bahwa Presiden Ahmadinejad yang tidak disenanginya, baru tahun 2009 tampil dalam pemilihan. Dengan melihat komposisi anggota parlemen terlihat indikator mengenai situasi di Iran. Tapi ini tidak berpengaruh terhadap terpilihnya kembali Ahmadinejad. Meskipun dilakukan pencoretan besar-besaran terhadap daftar calon dari kelompok pembaruan, tidak dapat menghindarkan semakin kuatnya simpatisan dari mantan Presiden Khatami terwakili di parlemen yang baru, dibandingkan dengan sebelumnya.

Kemenangan kelompok konservatif memang tak dapat digoyahkan.Sejak empat tahun kelompok konservatif menguasai suara mayoritas di parlemen. Dan itu juga tidak berubah setelah pemilihan hari Jumat (14/03). Malah kelompok konservatif terus berusaha mengokohkan posisinya.

Kelompok konservatif, seperti halnya juga kelompok pembaruan, bukan merupakan kelompok yang homogen. Kelompok konservatif terpecah menjadi dua kubu, yakni pengikut setia Ahmadinedjad dan kelompok ulama konservatif pengkritik Ahmadinejad. Pengikut Ahmadinedjad memiliki suara mayoritas.

Tapi kelompok konservatif yang lainnya dalam kasus per-kasus dapat menjalin kerjasama dengan kelompok pembaruan. Dan mungkin saja menjalankan politiknya di parlemen, kalau apa yang disebut 'Dewan Pengawas' dan 'Pimpinan Tertinggi memberikan lampu hijau.

Kedua lembaga ini, merupakan badan terpenting di Iran, dan menjadi pelaku utama di balik kampanye pemilihan, dengan mengendalikan agar tidak terjadi gejolak dan tanpa dilakukan diskusi yang menyinggung permasalahannya secara mendalam. Disamping itu menjadikan pemilihan umum, sebagai sarana propaganda melawan negara-negara Barat yang dibencinya. Apa yang dilakukannya merupakan upaya dan rekayasa untuk mengurangi nilai, makna dan isi pemilihan. (ar)