Emigrasi Sarjana Afghanistan
22 Juni 2013Selama 32 tahun, Afghanistan memegang rekor dunia untuk jumlah pengungsi. Menurut data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), dalam rata-rata, satu dari empat pengungsi di dunia adalah warga Afghanistan. Organisasi tersebut baru-baru ini merilis laporan yang menyebutkan adanya 2,6 juta pengungsi Afghanistan hanya pada tahun 2012. 95 persen diantaranya tinggal di negara-negara tetangga seperti Iran dan Pakistan.
5 persen sisanya memiliki cukup dana untuk membayar penyelundup dan membawa mereka ke Eropa atau Amerika Serikat. Yang lainnya berusaha meninggalkan Afghanistan dengan mendapatkan beasiswa atau mendaftar program pendidikan di luar negeri.
Menuju ke barat
Kehidupan Sharmila Hashimi terpaksa berubah. Beberapa bulan lalu, perempuan itu menjalani hidup yang stabil di Afghanistan, bekerja sebagai jurubicara gubernur provinsi Herat.
Ia dan suaminya bahkan mendirikan sebuah pusat pelatihan yang juga mewakili dan melindungi para jurnalis Afghanistan. Namun pusat tersebut menjadi duri di sisi Taliban: "Kami terus-terusan diawasi, jadi kami memutuskan untuk menutup pusat pelatihan dan meninggalkan Afghanistan."
Sudah sebulan sejak Sharmila bersama suami dan anak lelakinya tiba di Jerman.
Merasa tidak aman
Sharmila mengaku kecewa terhadap pemerintah Afghanistan yang menurutnya gagal melindungi keluarganya dari Taliban. Rasa tidak aman ini turut mendorong warga terpelajar lainnya untuk meninggalkan Afghanistan. Terutama setelah pengumuman penarikan pasukan NATO.
Namun Kementerian Pengungsi dan Repatriasi menilai kekhawatiran akan keamanan ini dilebih-lebihkan. "Kami tidak percaya kalau situasinya akan setidak aman itu," kata Menteri Jamaher Anwari. "Kami menyambut tahun 2014 dan penarikan. Tanggung jawab keamanan dialihkan ke militer Afghanistan. Dari pengalaman selama ini, dapat dikatakan bahwa keamanan telah membaik di wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan pasukan internasional."
Bertambahnya angka pengungsi bertentangan dengan pernyataan sang menteri. Pada semester pertama tahun 2013, Jerman kedatangan lebih dari 2.700 pencari suaka dari Afghanistan. Itu 8 persen dari total pencari suaka ke Jerman.
'Bagai mobil tanpa pengemudi'
Para pakar setuju bahwa kenaikan jumlah pekerja terlatih, sarjana dan seniman yang meninggalkan Afghanistan mengancam pembangunan negeri. Emigrasi semacam ini mengambil dorongan yang dibutuhkan untuk membangun kembali negara, jelas Pedram Tork, seorang pencari suaka Afghanistan di Swedia.
"Saya berada dalam dilema," ujar mantan profesor studi Islam itu, "Anda bisa membandingkan negara yang kehilangan kekuatan akademis budaya dengan sebuah mobil tanpa pengemudi." Tork yakin Taliban sengaja menarget warga terpelajar yang vital bagi masa depan negeri.
Sharmila juga percaya bahwa situasi di Afghanistan perlahan memburuk bagi para pemikir 'progresif.' Padahal kondisi hidup dan kerja bagi para pencari suaka di negara tujuan juga tidak memungkinkan mereka untuk menggunakan potensi sepenuhnya. Tapi tetap saja, kebanyakan warga terpelajar Afghanistan yang meninggalkan tanah air tidak pernah kembali.