Taliban sebagai Mitra
10 September 2012Saat ini pemerintah Amerika Serikat sendiri tidak yakin bahwa aksi militer merupakan menjadi faktor penting dalam menyelesaikan masalah di Afghanistan. "Dialog politik merupakan cara yang paling tepat untuk perdamaian dan stabilitas abadi,“ dikatakan seorang juru bicara dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Oleh karenanya, sejak hampir dua tahun pemerintah di Washington berusaha untuk menemukan penyelesaian lewan jalur perundingan. Tapi bulan Maret lalu, pihak Taliban menghentikan pembicaraan karena tuntutan mereka tidak dikabulkan. Taliban meminta pembebasan lima anggota senior mereka yang ditahan di Guantanamo.
Perundingan memang belum berakhir sama sekali. Namun apa yang terjadi dalam pembicaraan, hampir sama sekali tidak diketahui pihak luar. Pernah wakil pemerintah AS tampil dalam konferensi pers, menginformasikan bahwa terdapat proposal baru untuk pembebasan tahanan. Atau pernah Taliban menyatakan bahwa tim negosiasi berangkat ke Qatar untuk membicarakan agenda bagi perundingan lebih lanjut.
Tuntutan yang Dapat Dipenuhi?
Tuntuan kedua belah pihak yang berunding sejak lama sudah jelas. Amerika menuntut Taliban untuk menghentikan peperangan, menghormati konstitusi Afghanistan dan memutuskan hubungan dengan jaringan al Qaida. Sementara Taliban menuntut penarikan seluruh pasukan asing dari Afghanistan, pembebasan anggota kelompok yang ditahan dan pengakuan gerakan mereka.
Secara prisnsip, semua tuntutan ini dapat dipenuhi, sepanjang tuntutan tersebut tidak diinterpretasikan secara sempit, dikatakan Richard Barret, kepala kelompok pemantau al Qaida dan Taliban di Peerserikatan Bangsa Bangsa. Bahwa Amerika Serikat masih menyisakan beberapa tentara di Afghanistan setelah jadwal penarikan pasukan ISAF pada tahun 2014 tidaklah akan menjadi satu kendala.
"Taliban yang lebih pragmatis juga memperkirakan bahwa kehadiran pasukan internasional akan menjadi semacam jaminan perjanjian. Dan hal ini juga akan membantu mereka untuk turut ambil bagian dalam pemerintahan,” dikatakan Richard Barret. Juga bahwa Taliban mengakui konstitusi juga masih mungkin. Ini tidak berarti pekakuan terhadap pemerintah yang dibenci peimpinan Presiden Hamid Karzai, tetapi semua pihak merundingkan konstitusi baru.
Taliban Terkoyak
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah pimpinan Taliban dapat meloloskan kesepakatan dengan AS dalam jajaran sendiri. Sebagain Taliban sama sekali menolak perundingan, sebagaian lain menjadikannya sebagai taktik. Bahwa perkembangan dapat berbahaya bagi anggota Taliban yang pragmatis dapat dibuktikan dari insiden yang menimpa Agha Jan Motasim. Setelah menyerukan untuk mencari solusi politik dan untuk memerangi al Qaida, mantan menteri keuangan pada pemerintahan Taliban harus menghadapi upaya pembunuhan. Namun secara ajaib, ia berhasil selamat.
Selain adanya perbedaan pandangan politik, di Afghanistan juga timbul konflik generasi, dikatakan Candace Rondeaic dari think tank Internasioanl Crisis Group di ibukota Afghanistan, Kabul. Loyalitas dalam tubuh Taliban berdasarkan pada jaringan kekerabatan, regional dan lainnya. Jajaran pimpinan secara signifikan dikuasai mereka yang telah terlibat dalam perang saudara dan perang melawan pendudukan Soviet. Pengalaman perang ini tidak dimiliki para komandan muda. Mereka tumbuh di kamp-kamp pengungsi dan madrasah.
"Terdapat kesenjangan besar antara kedua kelompok ini,“ dikatakan Candace Rondeaux. Tidak banyak lagi pejuang senior yang masih aktif. Banyak diantara mereka yang telah tewas atau ditahan. Menurut perkiraan pakar Amerika, selama perang, rata-rata usia komandan Taliban lokal tun dari 35 menjadi sekitar 23 tahun.
Memecah dan Melemahahkan
Baru-baru ini, Ryan Crocker, maantan duta besar AS di Kabul, mengatakan, ketidakpastian dalam tubuh Taliban dapat menjadi kesempatan terbaik untuk „menyingkirkan“ sebagian besar pemimpin Taliban, Namun pakar PBB Richard Barret menganggap strategi ini berbahaya, "Ini merupakan metode perundingan lama, memecah dan melemahkan lawan. Jika kita ingin mempertahankan perdamaian, akan lebih baik seandainya dapat merangkul kelompok Taliban yang memiliki otoritas penuh pada anggotanya.“
Mullah Omar masih merupakan pimpinan tak terbantahkan dari gerakan Taliban. Sejak runtuhnya rezim Taliban pada tahun 2001, Mullah Omar menyembunyikan diri. Sesekali ia menyampaikan pernyataan lewat surat kepada para pengikutnya. Tidak ada yang dapat mengatakan berapa besar pengaruh Mullah Omar dalam keputusuan kontroversial. "Banyak pihak yang khawatir bahwa perang akan terus berlanjut, walau Mulla Omar memutuskan untuk meletakkan senjata,“ dikatakan Candace Rondeaux dari Internatioanl Crisis Group.
Masalah Tahanan
Sebelum perundingan dengan Taliban dilanjutkan, masalah Tahanan harus diselesaikan terlebih dahulu. Dengan jelas Taliban menyatakan tidak bersedia melakukan perundingan lanjutan, kecuali jika lima tahanan Guantano dibebaskan, ditukar dengan seorang tentara AS yang ditahan Taliban sejak tahun 2009. "Amerika Serikat belum memutuskan untuk menyerahkan anggota Taliban dari Guantanamo,“ dikatakan juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Namun pemerintah AS tidak menjelaskan mengenai perundingan tahanan yang sedang berlangsung. Para pengamat menilai bahwa belum tercapai satu kesepakatan mengenai masalah ini, terutama, karena adanya perbedaan pendapat antara Gedung Putih dan Pentagon.
Selain itu, Presiden Barack Obama kini tengah menghadapi masa kampanye Pemilu Presiden AS. Sebelum pimilu pada bulan November mendatang, lima anggota Taliban – termasuk mantan menteri pertahanan pada rezim Taliban, yang dituduh bertanggungjawab atas kematian ribuan warga Syiah – tidak mungkin dilepaskan. Demikian dikatakan Candace Rondeaux, "Tidak ada seorang presidenpun yang akan memicu debat publik mengenai masalah seperti ini.“