Tanda Tanya di Balik Pembongkaran Patung Tiananmen
23 Desember 2021Para pekerja di Universitas Hong Kong (HKU) pada Rabu (22/12) tengah malam waktu setempat menutupi patung Tiananmen, simbol kenangan dan penghormatan kepada pengunjuk rasa pro-demokrasi yang terbunuh selama penumpasan di Lapangan Tiananmen, Cina tahun 1989.
Patung yang diberi nama "Pillar of Shame" karya tembaga setinggi 8 meter dengan berat 2 ton yang merupakan karya seniman asal Denmark, Jens Galschiot, itu adalah menara dari tumpukan 50 jenazah yang melambangkan siswa yang dibunuh oleh pasukan pemerintah Cina pada 4 Juni 1989.
Menurut keterangan saksi mata, pekerjaan konstruksi tersebut dilakukan dengan mendatangkan derek dan satu kontainer. Para pekerja memasang barikade kuning di sekitar patung, yang terletak di halaman interior, kemudian dilanjutkan dengan memasang pembatas dan tirai kain putih di sekitar patung.
Pematung Galschiot merilis pernyataan yang mengatakan bahwa dia "benar-benar terkejut" dengan berita itu dan takut akan karyanya hancur. Dia juga mengatakan bahwa karya itu adalah miliknya dan akan "mengklaim kompensasi untuk setiap kerusakan pada patung itu."
Saksi mata juga mendengar suara alat pemotong dan rantai yang memekakkan telinga, serta melihat pekerja memindahkan bagian atas patung ke derek yang ada, kemudian mengangkatnya ke dalam kontainer pengiriman.
Apa yang terjadi dengan patung itu?
Pihak universitas mengumumkan bahwa pada Oktober lalu mereka telah memberi tahu Aliansi Hong Kong yang Mendukung Gerakan Demokrat Patriotik Cina — yakni sebuah kelompok yang sekarang sudah dibubarkan yang menyelenggarakan acara penyalaan lilin tahunan pada 4 Juni — bahwa mereka harus membongkar patung tersebut. Mantan anggota kelompok mengatakan bahwa pihak universitas harus menghubungi pematung tentang pembongkaran tersebut.
Jens Galschiot mengatakan dia menghubungi universitas agar mengembalikan patungnya ke Denmark, tetapi tidak pernah menerima balasan atas permintaan tersebut.
Citizen News, outlet media lokal di Hong Kong, memberitakan bahwa dewan universitas baru-baru ini memilih untuk menghancurkan patung Tiananmen.
Mengapa pihak berwenang ingin "Pillar of Shame" dibongkar?
Patung Tiananmen yang awalnya diletakkan di Taman Victoria Hong Kong sekitar 20 tahun yang lalu adalah salah satu dari sedikit pengingat publik yang tersisa di pulau itu tentang pembantaian Tiananmen — sebuah insiden yang dengan gigih berusaha dihapus oleh Beijing dari ingatan masyarakat sejak insiden itu terjadi.
Di Cina, peringatan atau simbol dari acara tersebut dilarang keras. Banyak yang lahir setelah peristiwa tersebut hanya memiliki sedikit ingatan atau bahkan tidak sama tahu tentang peristiwa tersebut, karena dihapus dari sejarah.
Tindakan penyingkiran patung Tiananmen pada Rabu (22/12) adalah upaya terbaru untuk membungkam orang-orang di Hong Kong yang bersikeras untuk memperingati acara tersebut. Penyalaan lilin besar-besaran telah dilakukan di Hong Kong selama beberapa dekade, meskipun situasinya berubah secara dramatis sejak Beijing merebut kembali bekas jajahan Inggris itu pada 1997. Selama dua tahun terakhir, pihak berwenang Cina telah melarang acara tersebut dengan alasan kesehatan dan pandemi virus corona.
Apakah ada hubungannya dengan hukum keamanan nasional Hong Kong?
Hong Kong telah lama menjadi tempat perdebatan sengit dan protes besar-besaran publik yang mengadvokasi hak otonomi dari Cina. Perdebatan menjadi semakin tajam dengan pengesahan dan implementasi undang-undang keamanan nasional Hong Kong pada 30 Juni 2020 yang diberlakukan Beijing.
Pihak berwenang menggunakan undang-undang tersebut — di mana mereka yang tidak bertindak sesuai dengannya dapat diekstradisi ke Cina untuk diadili — untuk menekan kebebasan berbicara dan menekan gerakan pro-demokrasi dan hak-hak sipil.
Berbicara tentang pemindahan patung Rabu (22/12) malam, seorang mahasiswa berusia 19 tahun di tempat kejadian mengatakan: "Universitas pengecut karena melakukan tindakan ini tengah malam. Saya merasa sangat kecewa, karena itu adalah simbol sejarah. Universitas mengklaim menganjurkan kebebasan akademik, tetapi tidak dapat menyimpan monumen bersejarah."
Humas universitas tidak membuat pernyataan publik tentang situasi tersebut dan belum menjawab permintaan dari kantor berita AP dan Reuters.
bh/ha (AP, Reuters)