Tangani Ebola, Amerika Layak Dipuji
30 Oktober 2014Tentu saja Amerika tidak bisa menghalalkan sebagal cara. Terutama Eropa berulangkali mengritik aksi "saudara tua" di seberang samudra Atlantik itu. Misalnya tentang perang di Irak dan Afghanistan, yang pada akhirnya Amerika jadi pecundang dan meninggalkan negara sisa perang yang compang-camping.
Atau aksi penyadapan bertahun-tahun lamanya oleh NSA terhadap ponsel kanselir Jerman, Angela Merkel makin memperparah ketidak percayaan terhadap Washington. Melihat semua itu, tidak mengherankan, jika sikap anti-Amerikanisme merebak di Eropa.
Namun kini Presiden Barack Obama membuat keputusan dalam perang melawan wabah Ebola di Afrika, yang disambut baik semua pihak. Hingga akhir November 2014, sekitar 4000 serdadu Amerika akan dikerahkan ke Afrika Barat untuk membangun infrastruktur medis dengan tujuan meredam penyebaran wabah mematikan itu.
Di Liberia akan dibangun 17 pusat perawatan pasien yang terinfeksi Ebola. Petugas kesehatan yang terinfeksi, nantinya bisa dirawat di rumah sakit lapangan yang didirikan di dekat bandara Monrovia. Washington juga akan mengirimkan tenaga ahli laboratorium, agar di masa depan kasus infeksi Ebola dapat ditegaskan dalam bilangan jam. Ribuan tenaga sukarela di Liberia akan dilatih, agar dapat merawat para pasien Ebola.
Di Eropa memang sudah muncul kritik, Amerika melakukan militerisasi bantuan medis dan humaniter. Tapi di sisi lain, banyak organisasi bantuan termasuk Dokter Lintas Batas yang memohon pengerahan tenaga militer di kawasan wabah. Pasalnya, epidemi di Liberia, Sierra Leone dan Guinea membahayakan keamanan publik dan ekonomi lokal di negara-negara yang infrastruktur medisnya sangat lemah itu.
Seharusnya, saat ini kita memuji dan mendukung kiprah pemerintah di Washington dalam memerangi wabah Ebola di Afrika Barat itu. Bukan mengritiknya. Tidak ada yang bisa mempersatukan banyak pihak, selain kerja bermanfaat untuk kebaikan semua pihak.
Dalam memerangi wabah Ebola itu, bahkan Kuba yang musuh bebuyutan Amerika memberikan dukungannya. Fidel Castro awal bulan Oktober lalu telah mengirim ratusan dokter dan tenaga medis ke Afrika Barat. Kuba juga memuji kiprah militer Amerika di kawasan wabah dan menyatakan siap bekerjasama di Liberia.
Jadi, jika Kuba saja yang musuh bebuyutan Amerika, untuk sementara dapat menyingkirkan persengketaan, terkait penanggulangan wabah Ebola, harusnya Eropa yang faktanya sahabat Amerika, juga bisa dan dimungkinkan untuk mendukung aksi tersebut.