Tudingan Rekayasa Tidak Buat Novel Baswedan Risau
6 November 2019Beberapa waktu terakhir ini ramai diberitakan tudingan rekayasa kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Hal ini dikarenakan munculnya sebuah video dimana Novel Baswedan diberitakan bahwa matanya dalam kondisi baik-baik saja.
Sebelumnya pada Senin (04/11), Kapolri Jenderal Idham Azis telah sambangi KPK dan menyampaikan komitmennya kepada para pemimpin KPK untuk segera mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Novel Baswedan. Selain itu diketahui Presiden Joko Widodo kembali memberikan tenggat waktu kepada tim teknis Lapangan Polri hingga awal Desember untuk mengungkap kasus tersebut.
Lantas bagaimana reaksi Novel soal tuduhan rekayasa kasus penyiraman air keras yang tengah menjadi perbincangan hangat? Bagaimana kabar terkini Novel Baswedan sejak tragedi 11 April 2017 silam? Dan apa tangapan Novel terkait tambahan tenggat waktu ini? Simak wawancara eksklusif DW Indonesia dengan penyidik senior KPK Novel Baswedan, Rabu (06/11).
Deutsche Welle: Bagaimana perkembangan kondisi mata Anda saat ini?
Novel Baswedan: Jadi gini, empat bulan yang lalu mata kiri saya itu tiba-tiba blank, gak lihat. Itu tentunya sesuatu hal yang luar biasa bagi saya karena tumpuan penglihatan saya itu mata kiri sebenarnya. Orang mengira mata kanan saya yang terlihat seperti normal ini jadi penglihatan biasa, padahal mata kanan saya kurang bisa lihat. Jadi mata kiri saya yang habis dioperasi OOKP itu yang jadi tumpuan lihat blank tiba-tiba empat bulan lalu. Makanya saya bolak-balik Singapura. Dan ternyata setelah beberapa lama sudah semakin baik lah untuk mata kiri. Terus blank lagi beberapa kali, ini yang sudah ketiga kali. Masalah itu sudah diperiksa dokter dengan lebih intens. Intinya permasalahan mata kiri karena ada pendarahan di balik lensa. Pendarahan itu yang dikontrol untuk dilihat agar tidak menjadi resiko-resiko lainnya. Tapi sekarang sudah semakin baik sih yang kiri.
Jadi saya hari ini di Singapura ada beberapa hal, yang pertama harusnya enam bulan sekali saya diperiksa oleh dokter retina dan dokter glaukoma. Itu dilakukan kemarin, sudah selesai. Dan hari ini siang, saya diperiksa sama dokter ahli kornea yang dokter utama yang periksa saya terkait dengan permasalhan mata kiri. Seperti itu.
Sejauh ini bagaimana langkah hukum yang telah Anda lakukan akan kasus ini?
Memang kawan-kawan membawa itu ke HAM internasional dari Amnesty, dari beberapa kawan-kawan lain, bahkan beberapa kali utusan dari HAM internasional telah bicara, dan kawan-kawan sudah menyampaikan hasil investigasinya.
Baca juga: Kasus Novel Baswedan Dibahas di Kongres Amerika Serikat, Banyak Pihak Beri Komentar
Sekarang ramai diberitakan bahwa kasus penyiraman air keras terhadap Anda merupakan rekayasa, tanggapan Anda?
Kan gini saya ngga ngerti yang nuduh itu maksudnya apa. Yang pasti saya bisa memahami itu orang awam, bukan orang yang punya ahli ilmu kedokteran atau yang mengerti. Menuduh begitu bagi saya ngga penting lah dia mau ngomong apa, kalau dia pengin tahu ya tanya dokternya atau tanya ke orang yang paham. Soal ada yang bilang mata saya kondisinya baik-baik saja sebenarnya, anggap saja dia itu doain saya. Saya ngga risau lah.
Anda merasa ada motif lain yang coba dibangun seiring munculnya isu rekayasa ini?
Coba perhatikan, ini orang yang bicara-bicara ini kan saya kok melihat bukan suatu hal yang berdiri sendiri. Karena rangkaian serangan ke KPK itu banyak sekali. Bukan hanya dengan saya saja loh, dengan yang lain-lain. Cuma yang saya ini agak banyak gitu. Saya melihat ada motif tertentu tapi saya tidak bisa simpulkan karena saya tidak ahli.
Ada yang berpendapat penyerangan yang menimpa Anda didasari masalah personal, Anda melihatnya demikian?
Nggak masuk akal. Itu kan omongan orang yang asal. Kalau dibilang itu motif pribadi masa sih orang itu punya effort yang sedemikan rupa, bahkan tim gabungan bilang ke saya loh di tempat saya itu bisa dibikin blank spot. Orang motif pribadi yang punya kekuatan sedemikian hebat siapa? Masa iya ada orang biasa-biasa saja bisa mengkondisikan sedemikian hebatnya, ngga mungkin. Kalau memang serangan kepada saya motif pribadi bisa disimpulkan dari faktor apa? Tapi terserah lah. Kalau cuma diomong-omongin tidak lebih dari mengolok-ngolok. Nggak penting juga.
Pelaku lapangannya belum terungkap. Makanya saya selalu katakan saya tidak terlalu tertarik bicara motif, kenapa? Karena itu bisa dijadikan alasan untuk mengaburkan pengungkapan. Sekarang pertanyaannya dibalik. CCTV-nya bisa hilang kenapa? Ada beberapa CCTV penting tidak diambil kenapa? Sidik jari tidak ketemu kenapa? Cell tower dumps yang seharusnya jadi bukti scientific dipakai densus selama ini tidak pernah bisa muncul kenapa? Banyak pertanyaannya. Justru pertanyaan yang saya tanyakan scientific.
Apa reaksi Anda ketika mendengar Presiden Jokowi kembali menambah tenggat waktu bagi tim teknis lapangan mengusut kasus ini hingga awal Desember?
Sejak awal saya konsisten saya katakan bahwa (kasus) tidak akan diungkap dengan sungguh-sungguh. Bahkan saya bilang, beberapa petinggi polri saat itu pun memberi tahu saya sebaiknya bisa mendorong presiden untuk membentuk TGPF, dan itu saya sampaikan. Dan ternyata saya sudah meyakini hal-hal seperti itu, berarti tidak ada kesungguhan. Sekarang begini, kalau memang masalah saya saja yang dilihat, itu semua serangan ke orang-orang KPK itu tidak ada satu pun yang diungkap. Kalau dibilang CCTV tempat saya itu sulit, pertanyaannya, serangan ke pegawai lainnya yang CCTV-nya jelas juga tidak diungkap. Artinya alasan yang disampaikan bisa apa pun. Cuma bagi saya begini loh, saya sudah katakan serangan kepada saya ini saya ikhlas, saya maafkan pelaku bahkan. Cuma saya tetap akan protes, saya akan tetap bersuara untuk ini diungkap. Kenapa? Sebab kalau saya diam, sama saja saya berkontribusi untuk pelaku ini menyerang orang lain lagi nantinya. Saya melihat ini jadi ukuran apakah ada keseriusan untuk pemberantasan korupsi didukung atau tidak. Itu jadi ukuran. Ingat loh yang dikatakan beberapa aktivis, bukan cuma orang KPK saja, ternyata banyak orang NGO atau masyarakat yang berjuang memberantas korupsi diserang juga kan, dan tak ada yang terungkap. Itu mestinya jadi keprihatinan.
Wajah kabinet telah berganti, kapolri pun juga telah berganti. Muncul harapan baru kah bahwa kasus ini akan segera terungkap?
Sekarang isu itu tumpuk-tumpuk. Kita baru ngomongin ini, terus UU KPK diganti yang melemahkan bahkan mematikan KPK. Terus kita mau berharap apalagi sama situasi seperti itu? Hal yang paling penting saja dibegitukan, apalagi hal yang kemudian dibilang tadi masalah pribadi. Masa sih akan dijadikan hal penting. Isu KPK saja dibuat sebaliknya. Memang saya lihat tidak ada kesungguhan. (rap/vlz)
Wawancara untuk DW Indonesia dilakukan oleh Prihardani Ganda Tuah Purba dan telah diedit sesuai konteks.