1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Temu Para Penyumbang Polusi di Jepang

17 Maret 2008

G20 atau 19 negara industri plus Uni Eropa, mengakhiri pertemuan di Jepang, tanpa kesepakatan konkrit dalam mengatasi perubahan iklim. Namun paling tidak para pejabat senior G20 itu setuju dengan usulan Tony Blair.

https://p.dw.com/p/DQEL
Mantan PM Inggris, Tony Blair
Mantan PM Inggris, Tony BlairFoto: AP
Revolusi perlindungan iklim. Demikian seruan bekas Perdana Menteri Inggris Tony Blair dalam pertemuan para pejabat senior 20 negara industri, di Jepang. Dunia berada dalam keadaan kritis, demikian ujarnya. Walaupun pertemuan negara-negara yang banyak menggunakan energi ini diwarnai dengan perbedaan, namun mereka merasa perlu ada tindakan untuk menyusun kebijakan perubahan iklim. Apalagi Protokol Kyoto akan berakhir tahun 2012 mendatang. Tak jauh dari Tokyo, di Chiba, kini giliran para menteri lingkungan hidup dan energi dari 20 negara industri itu yang akan mendiskusikan tindakan dalam menghadapi perubahan iklim. Setelah pertemuan sebelumnya di Gleneagles, negara-negara industri mengusulkan mengikutsertakan Cina, India dan Brasil. Sekretaris negara untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan utusan khusus Jerman dalam pertemuan Gleneagles, Matthias Machnik, mengungkapkan: "Saya rasa, pertemuan G8 di Heiligendamm tahun lalu mungkin tidak akan terjadi tanpa proses di Gleneagles. Oleh karena itu di tahun ini pertemuan tersebut sangat penting bagi konferensi G8 pada bulan Juli mendatang. Hal ini pasti berhasil, terutama untuk mengambil tujuan jangka waktu panjang dalam rangka kebersamaan masyarakat internasional. Hal ini sangat penting, berhubungan dengan jangka waktu menengah, atau langkah antara, yaitu adanya pelaksanaan di tingkat nasional.“ Agenda jangka waktu panjang yang dimaksud adalah gagasan Tony Blair agar negara-negara G20 mengurangi pembuangan emisi sebesar 50 persen hingga tahun 2050. Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, yang merupakan tuan rumah dalam pertemuan kali ini, mendukung gagasan itu. Namun salah seorang utusan organisasi non pemerintah Jepang, Yukira Ayukawa, mengatakan: "Jepang dituntut untuk bisa mencapai penurunan hingga 50 persen dari tingkat sekarang. Ketika Tony Blair mengungkapkan bahwa basis di tahun 1991 yang nanti akan diambil sebagai patokan, sebenarnya ada perbedaan pengukuran. Karena kalau pembuangan CO2 diukur seperti pada saat ini, maka pengurangan CO2 di Jepang harus mencapai lebih dari 50 persen.“ Sementara negara-negara berkembang berpendapat bahwa tidak adil bila negara berkembang punya kewajiban yang sama seperti negara industri. Juli mendatang negara-negara kaya yang tergabung dalam G8, yaitu Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat akan bertemu kembali di Jepang. Untuk kali mendatang itu, diharapkan ada kemajuan yang lebih berarti dalam upaya memperlambat pemanasan global.(ap)