Teror Istanbul Awal dari Fase Kekerasan Baru
30 Juni 2016Teror di bandar udara Istanbul yang kembali menyasar "target lunak" yakni para penumpang sipil, menjadi pertanda jelas bahwa fase baru gelombang kekerasan yang dilancarkan kelompok Islamic State - ISIS akan melanda dunia.
Turki kembali diserang aksi teror kelompok fanatik pada momen bersejarah, saat Ankara mendefisnisikan baru strategi politiknya di kawasan bersangkutan. Harian Italia Corriere della Sera dalam tajuknya berkomentar: Serangan teror bunuh diri di bandar udara Istanbul menandai awal fase kekerasan baru kelompok jihadis . Teroris menyasar para wisatawan di saat musim turis yang sebelumnya juga sudah problematis di Turki. Aksi serangan berdarah ini adalah tragedi bagi Turki dan khususnya Istanbul yang tergolong kota terindah sedunia.
Sementara harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid berkomentar: Masalah keamanan yang rumit adalah tantangan berat bagi presiden Recep Tayyip Erdogan. Selain dipengaruhi politik dalam negerinya, politik luar negeri Turki kini juga memainkan peranan penting. Sesaat menjelang serangan teror di bandara Istanbul, Turki mencatat reformasi bersejarah melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel dan Rusia. Erdogan menunjukkan pragmatisme dan kesiapan berdialog. Tapi menyangkut politik dalam negerinya, dua sikap itu tidak terlihat. Kini Ankara juga harus menunjukkan lebih banyak koherensi dalam tema etnis Kurdi, krisis pengungsi dan konflik Suriah. Di bidang ini, Erdogan harus memperluas pragmatismenya. Bagaimanapun juga, Turki memerlukan bantuan dan solidaritas dalam perang melawan teror.
Sementara harian Jerman Osnabrücker Zeitung menulis komentar bernada kritis terhadap Turki terkait sikapnya dalam menangani Islamic State atau ISIS. Teroris Islamic State meninggalkan jejak pembunuhan berdarah amat panjang mulai dari Eropa, Afrika Utara dan kawasan Timur Tengah. Serangan di Istanbul memang tidak menyasar warga Turki. Tapi ini bukan berarti tanda bahaya bisa dicabut. Serangan teror di Paris menjadi buktinya. Sikap lunak Turki selama ini, tidak menindak tegas teroris ISIS karena memandang mereka sebagai mitra dalam perang melawan diktatur Suriah, akan dibalas dengan teror mengerikan. Sekarang bagi Turki jauh lebih penting mulai mengkonsentrasikan kekuatan untuk memberantas Islamic State, dan berusaha menjalin perdamaian dengan separatis Kurdistan PKK.
Juga harian Jerman Kölner Stadtanzeiger menulis komentar senada: Peningkatan keamanan di Jerman, Perancis atau Turki, dalam waktu dekat ini tidak dapat diharapkan. Malahan sebaliknya. Ancaman teror yang makin meningkat. Juga langkah politis tidak akan banyak membantu. Sebab kelompok teroris fundamentalis ini tidak bersedia melakukan dialog apapun. Di bawah situasi perang di kawasan, tidak mungkin dilakukan perundingan damai. Jadi kita harus mengantisipasi, bahwa aksi teror di masa depan akan terus berlanjut seperti sebelumnya.
as/yf (afp,dpa)