Tidak Bisa Tanpa Internet
28 September 2013Viviana Usme asal Kolumbia menemukan teman baru di Frankfurt am Main lewat jalur klasik yaitu ketika mengikuti perkuliahan di program persiapan perguruan tinggi Jerman bagi mahasiswa asing yang disebut Studienkolleg. Seperti hampir semua orang asing lain yang akan kuliah di Jerman, Viviana juga harus mengikuti Studienkolleg. Setelahnya, ia baru bisa mendaftarkan diri di sebuah universitas. Selama satu tahun ia harus membuktikan kemampuannya berbahasa Jerman sekaligus mempersiapkan diri untuk jurusan pilihannya di perguruan tinggi.
Di Studienkolleg Viviana Usme menemukan banyak mahasiswa yang senasib dengannya. Ia mengaku awalnya kurang berani menyapa orang karena ia pemalu, „pertama-tama saya hanya berteman dengan satu orang Kolumbia lainnya, dia juga belajar di Studienkolleg. Sekarang saya banyak teman“. Kemampuan bahasa Jerman Viviana kini setingkat dengan teman-temannya. Ia menuturkan, „Kami sering punya pertanyaan yang sama dan kami saling membantu“.
Pertanyaan lewat papan hitam virtual
Zaman sekarang saling membantu dilakukan lewat facebook. Kelompok kerja juga terbentuk di portal internet ini. Jika seorang mahasisiwa ada pertanyaan, ia dapat mengajukannya di papan hitam virtual di facebook. Begitu juga untuk janjian menonton bioskop misalnya.
Bagi Christine Hartwig-Thürmer, guru Studienkolleg, perkembangan ini maju pesat. 20 tahun yang lalu di awal profesinya, ia tidak menduga bahwa internet akan menjadi sedominan ini. „Dulu waktu saya menanyakan siapa saja yang memiliki akses internet, hanya ada dua dari 20 mahasiswa“. Sekarang mungkin hanya ada satu mahasiswa di antara 20 mahasiswa yang tidak punya akses. Itupun dengan alasan karena baru tiba di Jerman, tambah Christine Hartwig-Thürmer.
Sejak 1992 Christine Hartwig-Thürmer mengajar bahasa Jerman di Studienkolleg di Frankfurt. Sejak itu menurutnya, sarana komunikasi bagi mahasiswa berubah, khususnya internet. „Internet sudah menjadi sesuatu yang biasa. Lima tahun yang lalu kami masih menawarkan kursus: cara menggunakan sarana internet di universitas. Sekarang tidak perlu lagi“. Mahasiswa baru Christine Hartwig-Thürmer bahkan sudah membuka „facebook-room“ untuk kelas barunya. Di sini komunikasi antara mahasiswanya berlangsung lancar dan mereka juga membahas tema-tema di luar perkuliahan.
Menemukan teman di Frankfurt dari manca negara
Umumnya mahasiswa asing yang baru tiba di Jerman berteman dengan mahasiswa dari negara asalnya. Mendapat akses ke mahasiswa Jerman lebih sulit. Biasanya baru terjalin kontak saat mengikuti perkuliahan. Bagi yang menjadi anggota klub olah-raga atau kelompok belajar lebih mudah mendapat teman baru mahasiswa Jerman.
Sharmin Reza dari Bangladesh menceritakan, bahwa Studienkolleg sangat internasional. Di Studienkolleg ia mendapat sahabat baru bernama Kadima asal Maroko. Teman lainnya Solma berasal dari Azerbaijan.
Di samping teman-teman internasionalnya, Sharmin Reza juga membentuk sebuah jaringan sosial dengan warga Bangladesh lain yang hidup di Frankfurt. „Di sini kami punya lingkungan teman yang juga berasal dari Bangladesh. Lingkungan ini terjalin karena suami saya kuliah di sini lebih awal daripada saya. Ia yang mulanya berkenalan dengan mereka“.
World Wide Web sebuah berkah bagi mahasiswa
Tentu teman-teman dan saudara di tanah air tidak mau dilupakan. Di sini World Wide Web dirasakan sebagai semacam berkah. Viviana Usme dari Kolumbia menggunakan internet setiap hari untuk sekedar berbincang-bincang sejenak dengan teman-temannya di ibukota Bogotá. Viviana Usme menceritkan bahwa ia menjaga hubungan dengan sahabat-sahabatnya lewat facebook, „di sini kami ada sarana untuk mengunggahkan foto dan melihat foto orang lain. Selain itu, saya juga mengobrol dengan teman-teman saya di Kolumbia lewat internet“. Berkat jejaring sosial setiap orang dapat berbincang-bincang dengan sahabatnya yang tempat tinggalnya berjarak hanya sembilan menit ataupun sepuluh ribu kilometer.