1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BudayaIndia

Tiket Konser Coldplay di India dan Transaksi Pasar Gelap

21 Januari 2025

Bagi banyak penggemar Coldplay yang FOMO, bisa dapat tiket konser bukan hal mudah, calo pun ambil untung dengan menjual tiket senilai lebih dari Rp150 juta.

https://p.dw.com/p/4pO08
Konser Coldplay di India, 2016
Konser Coldplay di India, 2016Foto: Pramod Thakur/Hindustan Times/Newscom World/IMAGO

Jutaan penggemar menantikan kembalinya band rock Inggris Coldplay ke India setelah delapan tahun. Bagi banyak orang, satu-satunya cara untuk mendapatkan tiket adalah lewat pasar gelap.

Lebih dari 13 juta penggemar bergabung dalam antrean virtual sejak 22 September tahun lalu untuk membeli tiket tur Coldplay's Music of Spheres di Mumbai.

Lonjakan itu membuat situs web tiket crash dan mendepak para penggemar yang telah mengantre. Tidak lama setelahnya, tiket dijual di pasar resale dengan harga 100 kali lipat.

Penggemar melampiaskan kemarahan di media sosial, gugatan hukum diajukan dengan tuduhan permainan curang oleh platform tiket, dan pihak berwenang membuka penyelidikan terhadap penjualan tiket palsu.

Seorang penggemar memberi tahu DW bahwa dia menemukan tiket setelah mencari di media sosial, dan membayar lima kali lipat dari harga asli yang sekitar $110.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Untuk memenuhi permintaan, Coldplay menambah lebih banyak pertunjukan, dengan total lima pertunjukan di Mumbai dan Ahmedabad antara tanggal 18 dan 26 Januari.

Bagi banyak anak muda India, menghadiri konser dengan tiket mahal telah menjadi simbol status. BookMyShow, perusahaan terkemuka di sektor ini dan mitra penjualan tiket untuk Coldplay di India, melihat kenaikan penjualan tiket pertunjukan live hingga 82% pada 2023, menurut laporan akhir tahunnya.

Penggemar Coldplay gugat agen tiket

Pasar gelap untuk tiket konser telah berkembang seiring dengan meningkatnya popularitas. Pengacara yang tinggal di Mumbai dan penggemar Coldplay, Amit Vyas, mengatakan tidak terkejut saat gagal mendapatkan tiket di BookMyShow. Namun, ia terkejut ketika tidak seorang pun yang ia kenal berhasil mendapatkannya.

Ia mengatakan bahwa BookMyShow mengakui server mereka mati antara pukul 12 siang hingga 12:15 siang pada tanggal 22 September. "Bagaimana mungkin lebih dari seratus ribu tiket terjual habis dalam lima belas menit berikutnya, tetapi tampaknya tidak ada yang berhasil membeli?" kata Vyas kepada DW.

Merasa curiga, Vyas pun mengajukan gugatan hukum atas nama penggemar Coldplay, menuduh platform penjualan tiket tersebut telah berkolusi dengan pasar gelap untuk menjual sejumlah besar tiket melalui platform dan penjual pihak ketiga.

Konser Coldplay di Italia 2023
Pada bulan September 2024, sekitar 13 juta orang mencoba membeli tiket Coldplay di IndiaFoto: Eugenio Blasio/IPA/picture alliance

"Para calo menjual tiket dalam jumlah tak terbatas seharga $15.000 di Viagogo, bahkan sebelum tiket tersebut ditayangkan di situs web mitra penjualan tiket eksklusif tersebut. Bagaimana mungkin itu terjadi tanpa sepengetahuan BookMyShow?" ujarnya.

Divisi pelanggaran ekonomi Kepolisian Mumbai pun membuka penyelidikan terhadap BookMyShow dan platform pihak ketiga seperti Viagogo. BookMyShow dan Live Nation, produser tur Coldplay Music of Spheres, yang berada di antara pihak yang disebutkan dalam pengaduan hukum tersebut telah membantah melakukan kesalahan.

Kedua perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mengecam penjualan kembali tiket, membantah adanya hubungan dengan platform penjualan pihak ketiga, dan memperingatkan penggemar bahwa tiket yang dibeli dari pasar gelap tidak akan diterima sebagai tiket masuk yang sah ke tempat tersebut.

Dalam sebuah pernyataan kepada DW, BookMyShow mengatakan "bekerja keras untuk memastikan setiap penggemar memiliki kesempatan yang adil untuk mendapatkan tiket" dan akan "waspada dan proaktif" dalam bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menghentikan penjualan tiket di pasar gelap.

Situs web pihak ketiga yang berbasis di Swiss, Viagogo, mengklarifikasi bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan BookMyShow.

Dalam sebuah pernyataan kepada media India, perusahaan tersebut mengatakan, "tiket yang terdaftar di Viagogo berasal dari berbagai sumber, termasuk penyelenggara acara multinasional, pemegang tiket perusahaan, pemegang tiket musiman, sponsor, dan penggemar yang tidak dapat lagi menghadiri suatu acara." 

Pasar gelap hanya jual tiket konser besar?

Shreyas Srinivasan, pendiri insider.in, dasbor acara daring India, mengatakan kepada DW bahwa skala penjualan tiket pasar gelap di India dilebih-lebihkan. Ia memperkirakan bahwa ukuran pasar gelap untuk acara konser di India mencapai sekitar 10% dari penjualan resmi.

"Itu hanya terjadi untuk konser premium, mungkin 5% teratas dari pertunjukan," katanya. Namun ia menambahkan bahwa sensasionalisme telah mendorong tumbuhnya pasar sekunder.

Dan menjual kembali tiket tidak selalu menguntungkan. Seorang penggemar yang mencari tiket Coldplay mengatakan kepada DW bahwa ia diperkenalkan ke grup penjualan kembali tiket di Whatsapp yang disebut "pasar abu-abu." Dia ditawari tiket gratis jika dia mau membantu penjualan lebih lanjut.

Bagaimana batasi resale tiket konser?

Kecurangan dalam penjualan tiket konser bukan cuma terjadi di India. Dari konser Taylor Swift hingga ke pertandingan kriket, tingginya tingkat permintaan berarti orang-orang bersedia membayar mahal.

Beberapa otoritas telah mengambil tindakan terhadap penjualan kembali tiket. Namun, meski ada kebijakan pelarangan resale tiket, tidak ada cara bagi penyelenggara untuk memeriksa ulang hal ini pada saat masuk.

Srinivasan mengatakan bahwa melampirkan tiket dengan tanda pengenal resmi selama pembelian, dan memeriksa ulang tanda pengenal selama waktu masuk adalah cara yang sederhana dan efektif untuk mengurangi penjualan kembali yang tidak sah.

Sementara itu, pengacara Vyas mengatakan Pengadilan Tinggi Bombay seharusnya mengeluarkan pedoman untuk verifikasi pembeli guna mengekang penjualan kembali, sebuah permintaan yang ditolak pengadilan dengan mengatakan pemerintah bertanggung jawab untuk membuat undang-undang.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris