Tren Kerja dengan Alat Elektronik Pribadi
2 Januari 2013Sekitar 10 tahun lalu, banyak orang hanya memiliki komputer di rumah dan di kantor. Kini di Jerman semakin banyak orang yang punya laptop, smartphone, alat baca elektronik dan komputer tablet.
Tergantung pekerjaan, sejumlah orang juga mendapatkan ponsel, laptop dan komputer dari kantor. Sehingga bisa kerepotan saat perjalanan bisnis, terutama kalau seseorang membutuhkan baik alat-alat elektronik milik pribadi maupun milik kantor.
Itulah mengapa semakin banyak orang yang menggunakan alat elektronik pribadi untuk urusan kantor. Di Jerman, semakin banyak perusahaan yang memperbolehkan pegawai mereka untuk membawa dan menggunakan alat elektronik milik sendiri dengan kebijakan resmi 'bring your own device' (BYOD) atau bawa alat elektronik sendiri.
Kehidupan kerja lebih fleksibel
BYOD sudah dikenal selama bertahun-tahun, terutama sejak ponsel menjadi hal umum. Namun benar-benar naik daun di tahun 2008 saat Apple memungkinkan mengirim email dari beragam penyedia layanan melalui iPhone, jelas Ted Schadler, seorang analis teknologi konsumen untuk Forrester Research.
Banyak perusahaan yang bekerja dengan pemrograman Microsoft, dan Apple menginginkan sebagian dari pangsa pasar, tambahnya.
"Pengguna mengatakan 'apabila saya bisa menggunakan sync untuk mendapatkan email pada iPhone di rumah, saya tidak perlu lagi memakai BlackBerry,'" ungkapnya.
Lebih dari 40 persen warga Jerman menggunakan ponsel pribadi untuk urusan kerja, menurut studi Forrester Research. Jumlahnya bahkan lebih tinggi di Amerika Serikat, yakni mencapai hampir separuh dari jumlah pegawai. Dan ini bisa menjadi keuntungan bagi perusahaan.
Jika seorang pekerja dinilai berdasarkan output, lebih mudah untuk memiliki fleksibilitas kehidupan kerja karena dapat menggunakan teknologi pada waktu yang dinilai nyaman baginya, tukas Schadler.
Bencana bantu BYOD naik pamor
Dengan bertambahnya orang yang menggunakan alat elektronik pribadi di kantor, ada tanda-tanda perubahan budaya kerja.
Batasan antara kehidupan kerja dan pribadi mulai menghilang, menurut Schadler. Namun itu bukan berarti sesuatu yang buruk.
"Ini adalah fenomena yang digagas kalangan pegawai. Tapi data kami menunjukkan bahwa fenomena ini tidak datang dari rasa frustrasi dan keinginan untuk memiliki fleksibilitas kehidupan kerja," tegas Schadler.
Bencana alam seperti angin topan Sandy juga menunjukkan keuntungan BYOD. Sejumlah warga New York memakai laptop sendiri dan bekerja dari kafe-kafe karena mereka tak bisa mencapai gedung kantor pasca angin topan.
Tahun lalu, perusahaan perangkat lunak Jerman SAP memperbolehkan pegawai mereka di Jepang untuk bekerja dari rumah menyusul tsunami mematikan yang meluluhlantakkan negeri sakura.
Sejak itu, BYOD turut diadopsi kantor SAP lainnya di berbagai penjuru dunia. Dan para pegawai menyukai kebijakan yang memperbolehkan mereka menggunakan alat elektronik sendiri, tandas Oliver Bussmann, kepala bagian informasi SAP.
Menurut angka perusahaan, satu dari sepuluh pegawai menggunakan alat elektronik pribadi. Itu berarti 4.500 ponsel, tablet dan komputer. Dan angka tersebut mungkin sudah berlipat ganda pada akhir tahun 2012, kata Bussmann.
BYOD juga membawa risiko meski meningkatkan output pegawai. Banyak yang tidak mempertimbangkan secara serius risiko keamanan seperti virus pada alat elektronik pribadi. Dan itu dapat merugikan perusahaan, catat Bussmann.
Meski begitu, keuntungan BYOD tampaknya lebih unggul. Kebijakan ini semakin populer di kalangan perusahaan dan mengubah cara kita bekerja.