Trump di Israel, Dihadang Dua Janji
22 Mei 2017Saat berkampanye dalam pemilu presiden silam, Donald Trum berjanji akan mendorong lagi proses oerdanaian di Timur Tengah serta pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Kini dalam lawatan di Israel dua janji itu menghadangnya. Trump juga dibayangi pembocoran informasi inetelejen yang disebut berasal dari Israel, saat bertemu dengan menteri luar negeri Rusia di washington belum lama ini.
Sebelum kunjungannya ke Israel, Presiden AS Donald Trump yang memulai lawatan luar negeri pertamanya di Arab Saudi selama dua hari mengatakan, mungkin konflik Israel-Palestina tidak sesulit yang dipikir banyak orang.
Di Israel Trump direncanakan akan menuju ke Yerusalem. Di sana ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Trump juga berencana akan berkunjung ke monumen Yad Vashem dan ke Tembok Barat, sebuah tempat yang dianggap suci oleh pemeluk agama Yahudi.
Proses perdamain Israel-Palestina
Ketika menerima kunjungan Mahmoud Abbas di Gedung Putih Maret lalu, Trump mengatakan, walaupun perdamaian bisa dicapai, pihak Palestina dan Israel harus bersedia berdamai. "Jika kedua belah pihak bersedia, kita akan membuat kesepakatan," demikian sesumbar Trump Maret lalu.
Kini Gedung Putih berusaha meredam harapan, bahwa akan ada kemajuan signifikan dalam proses perdamaian selama kunjungan Trump ke Israel. Gedung Putih lebih menggambarkannya sebagai kunjungan simbolik. Tapi Trump kemungkinan masih harus melancarkan diplomasi halus terutama setelah terungkap bahwa ia memberikan informasi rahasia dari Israel tentang organisasi teror ISIS kepada Rusia, tanpa sepengetahuan Israel.
Baca juga: Trump Klaim Dirinya Korban Investigasi Rusia
Trump kelelahan
Perjalanan ke beberapa negara ini adalah kunjungn resmi Trump pertama sebagai Presiden AS ke luar negeri. Trump sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan akibat jadwal yang padat. Kunjungannya berlangsung sembilan hari. Sebelum ke Timur Tengah, ia berkunjung terlebih dahulu ke Eropa, yaitu ke Brusel, Sisilia (Italia) dan Vatikan.
Dalam pidato di Riyadh hari Minggu, ia mendorong para pemimpin negara Islam untuk ikut berperan mengalahkan militan Islam. Trump menyebut "ekstremisme Islam", walaupun dalam rancangan pidato disebut "ektrimisme orang yang fundamentalis Islam."
Untuk menjelaskan pertukaran kata-kata ini, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada wartawan, itu disebabkan kelelahan yang dirasakan Trump. Minggu malam di Riyadh, setelah serangkaian panjang acara dan banyak penundaan, Trump tidak hadir untuk memenuhi undangan bagi forum orang muda. Ia mengirim putrinya, Ivanka Trump, yang ikut dalam kunjungan, untuk mewakilinya.
ml/as (rtr, ap)