Tujuh Gajah Sumatera Diduga Mati Diracun
24 Februari 2014Puluhan gajah mati akibat diracun dalam beberapa tahun terakhir di pulau Sumatera, menyusul konflik antara makhluk itu dengan manusia akibat meluasnya perkebunan sawit yang merusak habitat mereka.
Gajah terakhir yang mati itu adalah betina dewasa, lima gajah jantan muda, dan seekor anak lembu jantan yang diyakni dari kawanan yang sama, demikian pernyataan juru bicara badan satwa liar lokal Muhammad Zanir.
Bangkai gajah itu ditemukan 16 Februari di luar Taman Nasional Tesso Nilo dan diduga mereka mati lima bulan sebelumnya.
“Ada indikasi bahwa mereka diracun,” kata dia. ”Beberapa orang mungkin menganggap gajah-gajah ini adalah sebuah ancaman bagi perkebunan sawit mereka dan kemudian meracunnya.“
Meski kematian gajah akibat diracun rutin terjadi, tapi jarang ada kasus penemuan gajah yang mati sebanyak kasus terakhir.
Satu langkah menuju kepunahan
Hutan hujan tropis yang sangat luas telah dihancurkan dalam beberapa tahun terakhir dan diubah menjadi perkebunan sawit dan masyarakat semakin sering menyasar gajah Sumatera yang dianggap sebagai hama.
Sementara izin perkebunan sawit diberikan di luar Tesso Nilo, di provinsi Riau banyak warga desa yang masih secara ilegal berkebun di dalam kawasan taman nasional, kata juru bicara WWF Syamsidar.
Para pemburu juga kadang-kadang menyasar binatang – yang merupakan gajah terkecil di Asia – untuk diambil gadingnya, yang bisa dijual dengan harga mahal di Cina.
WWF mengatakan kini hanya ada antara 2.400 hingga 2.800 gajah Sumatera yang tersisa di alam liar dan memperingatkan bahwa mereka terancam punah kurang dari 30 tahun, kecuali perusakan atas habitat mereka dihentikan.
Maraknya ekspansi perkebunan dan industri pertambangan telah merusak hampir 70 persen habitat gajah di hutan selama 25 tahun terakhir, menurut WWF.
Kelompok International Union for Conservation of Nature mengkategorikan gajah ini sebagai “sangat terancam punah”, satu langkah sebelum kategori “punah di alam liar”.
ab/hp (afp,ap,rtr)