Ultimatum Mundur Bagi Mursi
1 Juli 2013“Kami memberi Mursi sampai Selasa 2 Juli pukul 05:00 (waktu setempat-red) untuk meninggalkan kekuasaan, dan membiarkan institusi negara mempercepat pemilu presiden,“ demikian gerakan Tamarod dalam pernyataan mereka di website.
Atau,“Selasa pukul 05:00 akan menjadi awal kampanye pembangkangan sipil secara menyeluruh.“
Kehendak Rakyat
Tamarod -- dari bahasa Arab yang berarti pemberontakan -- adalah kampanye akar rumput yang mengaku telah mengumpulkan lebih dari 22 juta tanda tangan menyatakan ketidakpercayaan atas pemerintahan Mursi.
Demonstrasi jutaan orang yang turun ke jalan sejak hari Minggu lalu menandai peringatan satu tahun naiknya Mursi ke kursi kekuasaan.
Pada saat Mursi tetap berdiri kokoh dan berkeras bahwa satu-satunya cara keluar dari krisis politik adalah dialog, panggilan bagi tentara untuk melakukan intervensi semakin meningkat.
Tamarod mendesak lembaga-lembaga Negara untuk berdiri di sisi para demonstran.
Mereka menyerukan “tentara, polisi dan para hakim harus secara jelas memihak kehendak rakyat yang direpresentasikan oleh massa yang turun ke jalan”.
Pemimpin oposisi Hamdeen Sabbahi menyerukan intervensi militer jika Mursi menolak mundur.
”Pasukan keamanan harus bertindak, karena mereka selalu berada di sisi rakyat” yang “telah mengungkapkan kehendaknya”, kata Sabbani yang pada pemilu presiden 2012 lalu mendapat peringkat ketiga.
Hasil terbaik adalah jika Mursi bersedia mundur, tambah dia.
Namun juru bicara Mursi yakni Ehab Fahmy kepada para wartawan mengatakan:” Dialog hanyalah satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk mencapai saling pengertian… Presiden terbuka untuk sebuah dialog nasional yang nyata dan serius.”
Lima orang tewas saat terjadi bentrokan pada Minggu malam, sementara satu orang meninggal setelah mengalami luka-luka, demikian pernyataan menteri kesehatan Mesir.
Sejumlah demonstran menyerang markas besar Ikhwanul Muslimin, yang merupakan kekuatan utama pendukung rezim Mursi.
Demonstrasi Terbesar
Ratusan demonstran menghabiskan malam di lokasi simbol revolusi yakni Lapangan Tahrir dan di luar istana kepresidenan, setelah angkatan bersenjata memperkirakan jutaan orang telah ikut turun ke jalan mengikuti seruan oposisi.
Demonstrasi pada hari Minggu lalu digambarkan sebagai protes terbesar dalam sejarah negara itu.
“Hidup Rakyat,“ terbaca sebagai headline harian independen al Tahrir, sementara Al-Masry al-Youm menjuluki demonstrasi itu sebagai “Revolusi 30 Juni”.
Protes anti Mursi digelar di kota pesisir Alexandria, serta kota-kota di delta sungai Nil Mansura, Menuf, Tanta dan Mahalla, kota-kota kanal Suez dan pelabuhan Said serta di kampung halaman Mursi yakni Zagazig.
Demonstrasi besar hari Minggu itu menenggelamkan demonstrasi kelompok loyalis Mursi yang berkumpul di Nasr, kota tetangga Kairo, yang oleh tentara diperkirakan dihadiri 25 ribu orang.
Polisi dan tentara dikerahkan di sejumlah bangunan kunci di seluruh negeri termasuk instalasi terusan Suez.
Pro Kontra
Mursi yang sebelumnya adalah seorang pemimpin senior Ikhwanul Muslimin, adalah presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, melalui sebuah demonstrasi besar yang mengakhiri kekuasaan Husni Mubarak yang telah berlangsung selama tiga dekade.
Para lawan politik menuduh Mursi mengkhianati revolusi dengan cara mengkonsentrasikan kekuasaan ke tangan kelompok Islamis dan membuat ekonomi negara itu terjun bebas.
Sementara para pendukung mengatakan Mursi mewarisi banyak masalah dari rezim lama yang korup, dan karena itu ia harus diberi kesempatan untuk menyelesaikan masa jabatannya hingga 2016.
Semua upaya untuk menggulingkan dia, adalah sebuah kudeta atas demokrasi, kata para pendukung Mursi.
Para lawan berkeras menyerukan pengunduran dirinya yang ditujukan untuk memulihkan pilar-pilar demokrasi, kebebasan dan keadilan sosial. Kelompok militer telah memperingatkan bakal melakukan intervensi jika eskalasi konflik meluas dan terjadi kerusuhan.
ab/hp (afp,dpa,ap)