Uni Eropa Memperketat Kontrol Ekspor Vaksin COVID-19
25 Maret 2021Uni Eropa pada Rabu (24/03) meningkatkan kontrol atas ekspor vaksin COVID-19 di luar blok tersebut, karena minimnya pasokan menghambat upaya vaksinasi.
"Komisi Eropa akan memperkenalkan prinsip timbal balik dan proporsionalitas ke dalam mekanisme otorisasi (ekspor vaksin) UE yang ada," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, mengacu pada aturan yang diumumkan pada bulan lalu. "Kami harus memastikan pengiriman vaksin yang tepat waktu dan cukup untuk warga Uni Eropa. Setiap harinya berarti."
Dalam konferensi pers, kepala perdagangan UE Valdis Dombrovskis mengatakan bahwa izin ekspor vaksin akan diberikan berdasarkan situasi epidemiologi, tingkat vaksinasi, dan akses ke vaksin di negara tujuan.
Peraturan yang lebih ketat akan memblokir pengiriman ke negara-negara di luar blok, seperti Inggris dengan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi. Skema ini juga akan mencabut pengecualian sebelumnya yang memungkinkan ekspor bebas otorisasi ke 17 negara terdekat, termasuk Israel, Norwegia, dan Swiss.
Dombrovskis menambahkan bahwa mekanisme otorisasi ekspor tidak menargetkan negara tertentu.
Kontrol ekspor yang diperluas oleh Komisi Eropa bertujuan untuk memastikan bahwa ekspor yang direncanakan oleh produsen obat tidak mengancam pasokan UE.
Uni Eropa dan Inggris Raya bekerja sama
Ditingkatkannya kontrol ekspor vaksin kemungkinan akan memperburuk ketegangan yang sedang berlangsung antara UE dan Inggris, yang baru-baru ini keluar dari blok tersebut dan merupakan importir utama vaksin COVID-19 yang diproduksi di UE. Inggris sejauh ini telah menerima 10 juta dosis vaksin.
Setelah komisi mengumumkan hal ini, UE dan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan kerja sama dalam vaksin.
"Mengingat saling ketergantungan kami, kami sedang mengerjakan langkah-langkah spesifik yang dapat kami ambil ... untuk menciptakan situasi yang sama-sama mengntungkan dan memperluas pasokan vaksin untuk semua warga negara kami," demikian kata pernyataan itu. "Kami akan melanjutkan diskusi kami."
Sebelumnya, Dombrovskis mengatakan bahwa sejak Januari lalu, Inggris telah mengekspor nol dosis ke UE.
"Jelas kita juga perlu melihat aspek timbal balik dan proporsionalitas itu, '' ujarnya.
Komisi telah merundingkan kontrak pasokan vaksin atas nama 27 negara anggota UE, dan UE dibuat frustrasi oleh lambatnya pengiriman.
Perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca secara khusus dilanda masalah pasokan dan harus merevisi perkiraan pengiriman kontraktual dari yang sebelumnya 300 juta dosis menjadi 100 juta dosis pada akhir Maret.
Namun, Inggris menginginkan lebih banyak akses ke dosis AstraZeneca yang diproduksi di UE.
Pada hari Rabu (24/03), juru bicara pemerintah Inggris mengatakan: "Kami semua memerangi pandemi yang sama ... dan kami akan terus bekerja dengan mitra Eropa kami untuk memberikan peluncuran vaksin."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyoroti aturan baru UE itu, tetapi mengatakan aturan itu dapat memengaruhi keputusan perusahaan tentang tempat berinvestasi.
"Saya akan dengan hati-hati menunjukkan kepada siapa pun yang mempertimbangkan blokade, atau gangguan rantai pasokan, bahwa perusahaan dapat melihat tindakan tersebut dan menarik kesimpulan tentang apakah masuk akal untuk melakukan investasi masa depan di negara-negara di mana blokade sewenang-wenang diberlakukan," ujar Johnson.
Universitas Oxford memperkirakan bahwa hanya 9,5% penduduk UE yang telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin, dibandingkan dengan 41% penduduk di Inggris.
Puluhan juta dosis vaksin AstraZeneca di Italia
Aturan ekspor baru ini diumumkan ketika muncul laporan tentang 29 juta dosis vaksin AstraZeneca yang ditemukan selama pemeriksaan pabrik pengemasan di Italia. Surat kabar Italia La Stampa melaporkan bahwa vaksin "disembunyikan".
Ada laporan yang saling bertentangan mengenai apakah vaksin itu dimaksudkan untuk diekspor keluar dari UE. Kantor berita DPA Jerman melaporkan bahwa vaksin tersebut menuju ke Inggris.
Namun, seorang pejabat Italia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dosis tersebut ditujukan ke Belgia. Tidak jelas apakah dosis tersebut kemudian akan diekspor atau didistribusikan di dalam UE.
Sebelumnya,UE telah memblokir pengiriman 250 ribu dosis vaksin AstraZeneca dari Italia ke Australia. Secara total, UE telah mengirimkan sekitar 43 juta dosis vaksin COVID-19.
Pengiriman vaksin AstraZeneca untuk COVAX ditunda?
Sementara itu, India kemungkinan akan menunda pengiriman dosis vaksin AstraZeneca COVID-19 ke fasilitas COVAX yang didukung aliansi vaksin global lainnya GAVI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk bulan Maret dan April, demikian kata mitra pengadaan dan distribusi program UNICEF kepada Reuters pada Kamis pagi (25 Maret).
"Kami memahami bahwa pengiriman vaksin COVID-19 ke negara berpenghasilan rendah yang berpartisipasi dalam fasilitas COVAX kemungkinan akan menghadapi penundaan menyusul kemunduran dalam mendapatkan izin ekspor untuk dosis lebih lanjut vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII), yang diharapkan akan dikirim pada bulan Maret dan April," demikian bunyi pernyataan UNICEF, Kamis (25/03). "COVAX sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah India dengan tujuan untuk memastikan pengiriman secepat mungkin."
Dikutip dari kantor berita Reuters, India telah menangguhkan sementara semua ekspor utama dari vaksin AstraZeneca yang dibuat oleh SII, pembuat vaksin terbesar di dunia, untuk memenuhi permintaan domestik karena tingkat infeksi meningkat.
rap/gtp (dpa, Reuters)